CIREBON, RAKCER.ID – Berdasarkan hasil penelitian genomik yang dipublikasikan tahun lalu, jumlah nenek moyang manusia modern atau manusia purba menyusut menjadi hanya sekitar 1.300 individu, menyebabkan ancaman kepunahan yang serius.
Sebuah penelitian baru menemukan bahwa migrasi massal manusia keluar dari Afrika terjadi pada periode yang sama.
Penemuan studi terkait manusia purba ini mengkonfirmasi penurunan populasi sebelumnya dan menunjukkan hubungan antara keduanya, yang terjadi selama Transisi Pertengahan Pleistosen, di mana iklim bumi mengalami periode kekacauan total, mengakibatkan kepunahan banyak spesies.
Baca Juga:Hyeri Muncul ke Publik usai Berita Hubungan Ryu Jun-yeol dengan Han So-hee Menarik Perhatian Publik11 Cara untuk Meningkatkan Penjualan Produk bagi Pebisnis Pemula, Nomor 4 Sering Dilupakan!
Meskipun sulit merekonstruksi perpindahan manusia purba ke dan melintasi Eropa dan Asia dari Afrika, bukti menunjukkan bahwa bukan hanya satu peristiwa, melainkan beberapa gelombang hominid awal yang melakukan perjalanan jauh ke lingkungan baru.
Dua penelitian terbaru mengaitkan migrasi manusia dengan penurunan populasi, dengan hasil analisis berbeda.
Penelitian genom manusia menemukan bahwa kemacetan populasi terjadi sekitar 900.000 tahun yang lalu, sedangkan penelitian arkeologi menunjukkan kemacetan populasi pada sekitar 1,1 juta tahun yang lalu.
Para peneliti berusaha mempersempit waktu kemacetan tersebut dengan mengevaluasi catatan situs-situs tempat tinggal hominid awal di Eurasia.
Mereka menemukan sekelompok situs yang diperkirakan berasal dari 900.000 tahun yang lalu.
Bandingkan dengan catatan situs-situs yang lebih lama, penanggalan situs-situs ini lebih jelas, meskipun masih ada debat tentang keakuratannya.
Para peneliti juga membandingkan temuan mereka dengan catatan sedimen laut, yang memperlihatkan perubahan iklim melalui isotop oksigen.
Baca Juga:Ini Dia Perjalanan Karir Aktor Donny Kesuma yang Meninggal Dunia pada Usia 55 TahunMenteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia Dilaporkan ke KPK
Data genom dan penanggalan situs hominid menunjukkan bahwa kemacetan dan migrasi terjadi secara bersamaan.
Selama Transisi Pertengahan Pleistosen, permukaan laut global turun, menyebabkan kekeringan di Afrika dan Asia.
Hominid yang tinggal di Afrika mengalami kondisi yang mengerikan yang membuat mereka kekurangan makanan dan air.
Untungnya, dengan turunnya permukaan laut, jalur darat menuju Eurasia menjadi tersedia dan mereka dapat bermigrasi, mempercepat perjalanan mereka.
Namun, perlu diperhatikan bahwa kemacetan populasi dan migrasi tidak berarti bahwa hominid tidak pernah bermigrasi sebelumnya. Ini adalah hasil dari perubahan iklim yang terjadi sekitar 900.000 tahun yang lalu.