Berikut kisah Perobekan Bendera Belanda di Indonesia:
Kisah Perobekan Bendera Belanda di Indonesia
Dalam Modul Sejarah Indonesia Kelas XI oleh Kemendikbud, disebutkan bahwa insiden perobekan bendera terjadi di Hotel Yamato, yang terletak di Jalan Tunjungan, Surabaya.
Insiden tersebut terjadi sebelum meletusnya Pertempuran 10 November.
Pada waktu itu, orang-orang Belanda yang dulunya tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato dengan bantuan pasukan Sekutu.
Dipimpin oleh Victor W. Charles Ploegman, mereka mengibarkan bendera Belanda yang berwarna merah putih biru di puncak Hotel Yamato.
Baca Juga:Meski Imbang Lawan Suriah, Myanmar sedang di Ujung Nestapa Grup B Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona AsiaThailand Bikin Geger usai Tahan Imbang Korea Selatan, Padahal Nepal Saja Minta Ampun ke Korea Selatan
Sementara menurut Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik sampai Kontemporer karya Adi Sudirman, tindakan ini memicu kemarahan para pemuda Surabaya.
Mereka menganggap tindakan tersebut sebagai penghinaan terhadap kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus pada tahun yang sama.
Selain itu, tindakan tersebut dianggap sebagai simbol dari upaya Belanda untuk mengembalikan kekuasaannya di Indonesia dan merendahkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
Residen Surabaya Sudirman kemudian meminta Belanda untuk menurunkan bendera tersebut, namun permintaannya ditolak.
Setelah upaya perundingan gagal, Hotel Yamato diserbu oleh para pemuda, dan terjadi bentrokan.
Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan menurunkan bendera Belanda yang berkibar di puncak Hotel Yamato.
Mereka merobek bagian berwarna biru dari bendera tersebut dan mengibarkannya kembali sebagai bendera Merah Putih.
Peristiwa ini dikenal sebagai insiden perobekan bendera Belanda.
Baca Juga:Jepang Gilas Korea Utara di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Rekor 100 Kemenangan Tetap TerjagaAustralia Menang dari Lebanon di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Insiden perobekan bendera Belanda ini kemudian menjadi pemicu konflik pada bulan Oktober dan mencapai puncaknya pada pertempuran 10 November 1945.