Namun, ancaman belum sepenuhnya hilang. Perburuan liar masih terjadi, dan habitat mereka di Taman Nasional Ujung Kulon pun terancam oleh aktivitas manusia di sekitarnya. Selain itu, bencana alam seperti tsunami pada tahun 2018 semakin mempersempit wilayah jelajah para harimau.
Harapan di Balik Kesunyian
Meskipun dinyatakan punah di luar Taman Nasional Ujung Kulon pada tahun 1980-an, tetapi harapan untuk Harimau Jawa masih belum padam. Populasinya di Ujung Kulon diperkirakan mencapai 64 ekor pada tahun 2016. Upaya konservasi terus dilakukan, seperti peningkatan patroli anti-perburuan, pemasangan kamera jebakan, dan program pemulihan habitat.
Salah satu program menarik adalah “breeding center” atau pusat pengembangbiakan Harimau Jawa. Program ini bertujuan untuk menjaga kelestarian Harimau Jawa dengan mengembangbiakkan mereka di penangkaran yang semi-alami. Harapannya, generasi baru Harimau Jawa ini nantinya dapat dilepaskan kembali ke habitat aslinya di Ujung Kulon.
Baca Juga:Samsung A24 Gaming: Smartphone Terbaik untuk Bermain GameSamsung A24: Smartphone Pilihan Tepat untuk Generasi Z
Melestarikan Si Raja Rimba: Tanggung Jawab Kita Bersama
Kisah Harimau Jawa adalah cerminan dari hubungan manusia dengan alam. Punahnya Harimau Jawa akan menimbulkan dampak negatif pada keseimbangan ekosistem hutan Jawa. Hilangnya predator puncak seperti Harimau Jawa dapat menyebabkan populasi mangsa mereka menjadi tidak terkendali, sehingga dapat mengganggu kesehatan tanaman dan pada akhirnya berdampak pada keberlangsungan hidup manusia sendiri.
Melestarikan Harimau Jawa bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan petugas konservasi. Kita semua dapat berperan aktif dengan mengurangi konsumsi produk yang berasal dari perburuan liar, mendukung program konservasi, dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga habitat Harimau Jawa.
Dengan kesadaran dan kepedulian bersama, kicauan Harimau Jawa masih dapat tetap bergema