CIREBON, RAKCER.ID – Dalam bisnis yang menyentuh aspek kehalalan produk, ada satu sosok yang perannya sangat krusial, yaitu Auditor Halal.
Namun, sebenarnya siapakah auditor halal itu? Bagaimana proses dan kriteria menjadi seorang auditor?
Tulisan ini akan membahasa secara mendalam mengenai auditor halal yang sangat penting di dalam industri halal.
Mengenal Auditor Halal
Baca Juga:Mengenal Cloud Kitchen: Revolusi Bisnis Kuliner di Era DigitalMengenal Maklon dalam Kegiatan Bisnis: Apa Itu Maklon, Bagaimana Prosesnya, dan Apa Kelebihannya
Auditor halal merupakan seseorang yang memiliki tugas untuk melakukan pemeriksaan—atau yang kita kenal dengan istilah audit—pada produk yang ingin mendapatkan sertifikat halal.
Auditor ini bekerja di bawah naungan Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dan bertanggung jawab langsung kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI). Mereka melakukan kunjungan langsung ke lokasi usaha untuk mengecek kesesuaian proses produksi dan bahan baku dengan standar kehalalan.
Persyaratannya
Tidak semua orang dapat menjadi auditor halal. Ada syarat tertentu yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Harus merupakan Warga Negara Indonesia.
2. Beragama Islam, karena perlu memahami secara mendalam mengenai aturan-aturan syariat Islam terkait kehalalan.
3. Minimal memiliki latar belakang pendidikan sarjana strata 1 (S1) di bidang yang relevan seperti pangan, kimia, biokimia, teknik industri, biologi atau farmasi.
4. Harus memiliki pemahaman yang luas mengenai kehalalan produk.
5. Menyimpan kepentingan umat lebih dahulu dibandingkan kepentingan pribadi atau kelompok.
6. Mendapatkan sertifikat kompetensi dari MUI.
Tugas dan Tanggung Jawab Mereka
Sebagai seorang auditor halal, ada beberapa tugas dan tanggung jawab penting yang mereka emban:
1. Memeriksa komposisi dan asal bahan yang digunakan untuk produk.
2. Meneliti proses pengolahan produk.
3. Mengaudit sistem penyembelihan (untuk produk hewan).
4. Memeriksa dan menjamin bahwa lokasi produksi bersih dan sesuai standar yang ditetapkan.
5. Menilai peralatan, ruang produksi, dan area penyimpanan barang.
6. Mengecek proses distribusi dan penyimpanan produk.
7. Memastikan sistem jaminan halal yang dijalankan perusahaan.
8. Melaporkan hasil audit kepada LPH.
Baca Juga:Mengenal Name-Dropping Marketing: Strategi Pemasaran yang Mengandalkan Nama BesarMengenal Bisnis Berkelanjutan: Langkah Menuju Masa Depan yang Lebih Baik
Dalam praktiknya, auditor juga berperan dalam memastikan bahwa seluruh proses produksi terpisah dari lokasi-lokasi yang dapat menimbulkan kontaminasi, seperti kamar mandi pribadi, dan memastikan tidak ada hewan peliharaan yang masuk ke area produksi.