CIREBON, RAKCER.ID – Dunia tengah berduka dengan kabar tragis tewasnya Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dalam sebuah kecelakaan helikopter pada Senin (20/5/2024), waktu setempat.
Kabar duka ini terkonfirmasi setelah pencarian selama berjam-jam di wilayah pegunungan berkabut di barat laut Iran, seperti yang dilaporkan oleh media pemerintah terkait presiden Iran Ebrahim Raisi
Mengutip dari laman AFP, Ebrahim Raisi meninggal dunia pada usia 63 tahun, meninggalkan Timur Tengah yang tengah bergolak akibat perang Israel-Palestina.
Baca Juga:Rahasia Jantung Sehat, ESVA-CARE Ramuan Herbal untuk Merawat Kesehatan Jantung Anda!Ingin Terbebas dari Maag? Kenali Solusinya di Ramuan Herbal VG-CARE!
Di bawah kepemimpinan Ayatollah Ali Khamenei, Raisi memerintahkan serangan drone dan rudal besar-besaran terhadap Israel pada April 2024, sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Profil Presiden Iran Ebrahim Raisi
Ebrahim Raisi lahir pada 14 Desember 1960 di Masyhad, Iran. Ia dikenal sebagai ulama, jaksa, dan politikus yang menjabat sebagai kepala peradilan Iran dari 2019 hingga 2021 sebelum menjadi presiden pada 2021.
Dibesarkan di kota Masyhad, yang merupakan pusat keagamaan penting bagi Syiah Dua Belas, Raisi lahir di tengah reformasi pertanahan dan pembangunan Revolusi Putih yang mengubah distribusi kekuasaan dan kekayaan di Iran.
Karier dan Pengaruh
Raisi mengenyam pendidikan agama di Qom, pusat intelektual terkemuka Islam Syiah, di bawah bimbingan ulama-ulama terkemuka. Saat ketidakpuasan terhadap rezim Mohammad Reza Shah Pahlavi memuncak, banyak pesantren di Qom yang mendukung cita-cita revolusioner Ruhollah Khomeini. Raisi aktif dalam peristiwa revolusi 1978-1979 yang menggulingkan Shah dan membangun sistem pemerintahan berdasarkan visi Khomeini.
Setelah Revolusi Iran, Raisi mendedikasikan kariernya untuk menegakkan rezim yang baru lahir melawan berbagai oposisi.
Ia menjalani pelatihan administrasi dan bergabung dengan kantor kejaksaan di berbagai wilayah Iran, sebelum akhirnya menjadi wakil jaksa di Teheran pada 1985 dan berperan dalam eksekusi tahanan politik pada 1988 atas perintah Khomeini.
Di bawah kepemimpinan Raisi, Iran memperkaya uranium hingga tingkat senjata, meningkatkan ketegangan dengan Barat. Teheran juga memasok drone ke Rusia untuk perang di Ukraina dan mendukung kelompok milisi bersenjata di seluruh wilayah. Kepemimpinannya di Teheran diwarnai oleh berbagai kebijakan kontroversial dan tindakan tegas terhadap pembangkang.