DEPOK, RAKCER.ID – Sebuah fenomena mengkhawatirkan muncul dari hasil laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK): Jawa Barat kini menduduki posisi teratas sebagai provinsi dengan jumlah pemain judi online terbanyak di Indonesia.
Dari data yang dirilis, tercatat 535.644 individu yang terlibat dalam aktivitas ini dengan total nilai transaksi yang mencapai angka astronomis Rp 3,8 triliun.
Menanggapi tren yang membahayakan ini, Wali Kota Depok, Mohammad Idris, bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) telah menyusun rencana pencegahan.
Baca Juga:Kuburan Tentara Israel Mengepulkan Asap: Netijen Indo : Alhamdulillah Itu Azab Dari yang KuasaGaperlu Ribet Lagi, Proses Pembuatan Paspor Akan Semakin Mudah Tanpa Dokumen Fisik KTP dan KK
Selama rapat koordinasi yang diadakan baru-baru ini, Idris menekankan pentingnya mempersiapkan langkah-langkah strategis, meskipun Depok tidak masuk dalam jajaran kota atau kabupaten dengan tingkat perjudian online tertinggi.
Lebih lanjut, Idris menekankan bahwa pemeriksaan mendadak (sidak) akan digalakkan, berkoordinasi erat dengan Forkopimda, untuk memitigasi menyebarnya perjudian online.
“Sanksi tentu saja akan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Kami akan terus berkonsultasi dengan kementerian terkait untuk langkah penindakan lebih lanjut,” tegas Idris.
Tidak hanya fenomena judi online yang menjadi sorotan di Jawa Barat. Pemerintah Kota Depok juga fokus pada dampak serius yang telah ditimbulkan oleh kegiatan ini, terutama kasus perceraian.
Pengadilan Agama Jakarta Barat mencatat serangan masalah ini terhadap keharmonisan rumah tangga, dengan kasus perceraian mencapai 1.943 dari Januari hingga Juni 2024. Ekonomi yang bermasalah dan judi online menjadi motif utama di balik tragedi perceraian tersebut.
Sebagai refleksi, Idris bersama pemerintah kota mendorong program pencegahan intensif untuk meminimalisir angka pemain judi, menciptakan Depok yang lebih aman dan stabil dari sisi ekonomi maupun keharmonisan keluarga.