JAKARTA, RAKCER.ID – Menurut laporan dari beberapa sumber yang dikutip oleh Wall Street Journal, Kamala Harris kemungkinan besar tidak akan mempertahankan posisi sebagai pejabat keamanan nasional jika ia terpilih sebagai presiden AS pada bulan November.
Presiden Joe Biden telah mengumumkan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri kembali dan mendukung Harris untuk menggantikannya.
Meskipun Partai Demokrat masih harus secara resmi menetapkan Harris sebagai calon mereka, spekulasi tentang masa depan kepresidenannya telah tersebar luas dalam media.
Baca Juga:Hasil Indonesia vs Timor Leste U19 2024 di AFF U19: 5 Pemain Kunci Timnas Indonesia Bikin Takjub PenontonTak Hanya Partai Islam saja yang Hadir di Dunia Politik Indonesia, Partai Kristen di Indonesia Juga Ada!
“Pejabat-pejabat penting yang ditunjuk Biden, termasuk penasihat keamanan nasional Jake Sullivan, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin kemungkinan tidak akan diperpanjang dalam peran mereka saat ini,” WSJ mengklaim bahwa kutipan tersebut berasal dari pejabat AS yang sedang menjabat dan mantan pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
Meskipun Kamala Harris belum memiliki kesempatan untuk merumuskan kebijakan luar negerinya sendiri, WSJ menyatakan bahwa dia mungkin akan lebih sejalan dengan aliran progresif dari Partai Demokrat dan memberikan syarat-syarat terkait dukungan Amerika Serikat terhadap Israel.
WSJ menggambarkan Harris sebagai pejabat pemerintahan senior yang paling bersemangat dalam upayanya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza, mengutip bagian dari pidatonya di Selma, Alabama pada bulan Maret kemarin, di mana dia mengkritik kondisi di daerah kantong Palestina yang dianggap tidak manusiawi.
Menurut Jim Zogby dari Arab American Institute yang diwawancarai oleh WSJ, ia menyebut bahwa pada bulan Oktober lalu, Harris menunjukkan empati yang lebih besar terhadap rakyat Palestina dibandingkan dengan Biden atau anggota lain dari Gedung Putih.
NBC News memperkirakan bahwa Kamala Harris kemungkinan besar akan melanjutkan kebijakan luar negeri Biden jika terpilih, namun dia tampak lebih terbuka untuk mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mengekspresikan simpati terhadap penderitaan warga sipil Palestina di Gaza.
Mencalonkan Kamala Harris diharapkan dapat membantu Partai Demokrat dengan mendapatkan dukungan dari warga Arab-Amerika, pemilih muda, dan kelompok progresif.
Menurut sumber yang tidak disebutkan namanya dalam wawancara dengan NBC, karena Harris dianggap lebih independen terkait dengan posisi Biden terhadap Israel.