CIREBON, RAKCER.ID – Pengalaman adalah “guru” terpenting dalam hidup. Lebih dari itu, pengalaman dapat mempengaruhi karakter dan kepribadian seseorang di kemudian hari.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pengalaman masa lalu, terutama kejadian traumatis, dapat berdampak pada perilaku orang dewasa. Situasi traumatis berdampak pada kesehatan fisik dan mental, bahkan di masa dewasa.
Menurut Psychology Today, studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam The Lancet Public Health menemukan bahwa kekerasan fisik, seksual, atau emosional, perceraian orang tua, kurangnya kasih sayang dari lingkungan sekitar, dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan trauma yang mempengaruhi kesehatan fisik, mental, dan karakter seseorang ketika dewasa.
Baca Juga:7 Inspirasi Nail Art Tema Hari Kemerdekaan Indonesia5 Kebiasaan Ini Membuat Postur Punggung Bungkuk
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Childhood Adversity and Adult Personality, serta Adulthood Personality Correlates of Childhood Adversity, trauma masa kanak-kanak dapat menimbulkan setidaknya lima akibat. Apa saja lima dampak trauma masa kecil? Berikut ulasannya.
5 Sifat yang Muncul Akibat Trauma Masa Kecil
1. Neurotisme
Neurotisisme merupakan atribut kepribadian yang menggambarkan kemantapan emosi seseorang. Pola asuh yang tidak menyenangkan atau bahkan negatif dapat menyulitkan seseorang untuk mengelola emosinya, sehingga rentan terhadap gangguan kekhawatiran, kemarahan, panik, kesedihan, atau kecemasan.
Neurotisisme lebih sering terjadi pada individu yang mengalami emosi saat masih anak-anak namun tidak mampu menanganinya. Orang dengan neurotisisme biasanya kesulitan untuk pulih ketika mereka merasa kesal.
Namun jika dicermati kejadian-kejadian sebelumnya, masalah dalam mengelola emosi ini menjadi lebih bisa dipahami.
2. Mudah Marah dan Agresif
Iritabilitas dan kekerasan sangat erat kaitannya dengan neurotisisme yang tinggi. Menurut penelitian, pengalaman masa kecil yang negatif dapat menyebabkan perilaku mudah tersinggung, rasa permusuhan terhadap orang lain di sekitar mereka, tindakan impulsif, dan agresi verbal atau fisik.
Menurut para ahli, sifat lekas marah dan agresif mungkin berkembang karena seorang anak mengamati dan belajar bahwa kemarahan dan kekerasan membantu melindungi mereka dari potensi bahaya.
3. Sulit berbaur dengan Lingkungan Sekitar
Seseorang yang sewaktu kecil sering mendapat perlakuan buruk, misalnya diabaikan, sulit bersosialisasi, dan sering bentrok dengan orang lain di lingkungannya. Akibatnya, mereka lebih memilih untuk “menjalani hidup mereka sendiri” dan menjadi jengkel dan benci.