JAKARTA, RAKCER.ID – Raja Abdullah dari Yordania memerintahkan angkatan bersenjata negaranya untuk melindungi Israel saat terjadi serangan rudal dari Iran.
Tindakan perlindungan ini dilakukan dua kali, seiring dengan serangan mematikan yang dilancarkan Teheran.
Keputusan Raja Abdullah dari Yordania untuk mendukung Israel dalam menghadapi ratusan rudal dari Iran terkesan bertentangan dengan kritik kerasnya terhadap invasi Israel ke Gaza.
Baca Juga:Berdayakan UMKM, pasangan ASIH Komitmen Beri Akses Permodalan yang Mudah Syaikhu Bagikan Makanan Bergizi dan Telur ASIH untuk Atasi Stunting
Dukungan jangka panjang Amman terhadap Palestina mungkin membuatnya cenderung bersikap pasif terhadap serangan Iran, seperti banyak negara Arab lainnya.
Sebab, antara 20 hingga 50 persen populasi Yordania berasal dari Palestina, termasuk Ratu Rania yang dikenal menentang keras agresi Israel di Gaza.
Ratu Yordania atau Ratu Rania Al Abdullah ini berasal dari Palestina dan pernah meraih penghargaan Woman of the Year 2025 dalam daftar 500 Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia 2025 yang diterbitkan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC).
Sehingga Istri Raja Abdullah dari Yordania ini diakui sebagai muslimah paling berpengaruh di dunia.
Meski memiliki istri yang berasal dari Palestina, Yordania tetap melaksanakan misinya yaitu membantu Israel dan bahkan melindunginya.
Angkatan Udara Yordania dilaporkan berhasil mencegat dan menjatuhkan “puluhan” pesawat drone dan rudal yang melintasi wilayah udaranya menuju Israel dalam serangan pada bulan April dan Oktober.
Mengapa Raja Abdullah dari Yordania memerintahkan tentara untuk melindungi Israel? Simak penjelasan berikut.
Baca Juga:Jabar Bergerak Bantu Warga Kota CirebonSuhendrik Sosialisasi 21 Program Prioritas Pasangan BERES
Alasan Raja Abdullah dari Yordania Melindungi Israel
1. Yordania Bersekutu dengan Amerika Serikat
Yordania memang merupakan sekutu utama AS di luar NATO yang secara langsung membantu Israel.
Namun, menjadi sekutu tidak otomatis berarti mendukung tindakan militer Amerika.
Meskipun Yordania dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan pada awal 2021, perjanjian ini hanya memberikan “akses tanpa hambatan” ke fasilitas Yordania bagi personel dan kontraktor militer Amerika untuk kegiatan seperti pelatihan, latihan, dan transit.
“Yordania tidak diwajibkan untuk melaksanakan operasi militer atas nama AS. Begitu juga, meskipun kerja sama militer antara Yordania dan Israel sudah ada sejak perjanjian damai 1994, tidak ada kesepakatan untuk saling mendukung secara militer,” jelas Dov S. Zakheim, peneliti geopolitik dari Foreign Policy Research Institute, seperti yang dilaporkan oleh The Hill.