CIREBON, RAKCER.ID – Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan berbagai tradisi yang sarat makna, salah satunya adalah hadirnya kue keranjang atau yang juga dikenal sebagai dodol China.
Kehadirannya bukan sekadar pelengkap, tetapi menjadi simbol penting yang menyimpan sejarah panjang serta filosofi mendalam bagi masyarakat Tionghoa.
Sejarah Panjang Kue Keranjang
Kue keranjang dipercaya telah menjadi bagian dari perayaan Imlek selama lebih dari 2.500 tahun. Awal kemunculannya erat kaitannya dengan legenda seorang jenderal bernama Wu Zixu dari Kerajaan Wu pada tahun 484 SM.
Baca Juga:Dari Manisan Hingga Buah, Berikut 10 Makanan yang Membawa Keberuntungan di Tahun Baru Imlek9 Hal yang Dilarang Saat Imlek, Mitos yang Dipercaya Membawa Hal yang Tidak Baik
Dalam masa kelaparan akibat pengepungan, Wu Zixu memberikan petunjuk kepada rakyat untuk menggali tembok kota yang ternyata terbuat dari tepung ketan. Batu bata ketan ini kemudian dikenal sebagai nian gao atau kue keranjang.
Tradisi ini terus berkembang, bahkan pada masa Dinasti Liao dan Ming, kue keranjang mulai menjadi hidangan khas tahun baru yang disajikan bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga sebagai simbol penghormatan terhadap leluhur.
Mitologi di Balik Kue Keranjang
Tak hanya sejarah, beberapa mitologi turut melatarbelakangi keberadaan kue keranjang. Salah satu cerita terkenal adalah kisah raksasa Nian yang meneror desa-desa saat musim dingin.
Untuk mencegah Nian memakan manusia, warga desa menyuguhkan kue dari tepung ketan di depan pintu rumah mereka. Sejak itu, tradisi membuat kue keranjang menjadi simbol perlindungan.
Selain itu, kue keranjang juga dianggap sebagai sajian khusus untuk Dewa Tungku yang bertugas melaporkan perbuatan manusia kepada Raja Surga. Dengan menyajikan kue manis ini, diharapkan Dewa Tungku memberikan kabar baik kepada para dewa di surga.
Makna dan Filosofi Kue Keranjang dalam Perayaan Imlek
Kue keranjang bukan sekadar kudapan manis, tetapi menyimpan berbagai filosofi mendalam, seperti:
1. Kesatuan dan Keharmonisan Keluarga
Bentuknya yang bulat melambangkan persatuan dan keharmonisan keluarga. Dalam perayaan Imlek, kue ini menjadi simbol harapan agar keluarga tetap rukun, bersatu, dan bersama menghadapi tahun baru.
2. Kemakmuran dan Berkah
Baca Juga:Menikmati Perayaan Imlek yang Berkesan di Hotel Tentrem YogyakartaTertawa dan Tegang Bersamaan, 4 Rekomendasi Film Horor Komedi di Netflix
Tradisi membagikan kue keranjang kepada kerabat dan tetangga mencerminkan nilai-nilai kebaikan, rezeki, dan kemakmuran yang diharapkan terus mengalir sepanjang tahun.