Dalam dunia kuliner modern, steak tartare sering disajikan dengan presentasi yang lebih estetis, menggunakan bahan-bahan premium seperti truffle, caviar, atau bahkan disajikan dalam bentuk amuse-bouche di restoran berbintang Michelin.
4. Kontroversi dan Keamanan Konsumsi Daging Mentah
Salah satu aspek yang sering menjadi perdebatan dalam konsumsi steak tartare adalah keamanannya.
Mengingat hidangan ini menggunakan daging sapi mentah, ada risiko infeksi bakteri seperti E. coli dan Salmonella jika daging tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, banyak restoran kelas atas yang hanya menggunakan daging berkualitas tinggi dan menerapkan standar kebersihan yang ketat.
Baca Juga:Fraksi Golkar Sebut LKPJ Bupati Jauh dari Target dan HarapanUsaha Sewa Truk Peluang Bisnis yang Mungkin Menguntungkan dengan Permintaan Tinggi
Beberapa negara bahkan memiliki regulasi ketat mengenai penyajian daging mentah. Di Amerika Serikat, misalnya, restoran harus mencantumkan peringatan bagi pelanggan yang ingin mengonsumsi makanan berbasis daging mentah atau setengah matang.
5. Steak Tartare dalam Budaya Populer
Steak tartare sering muncul dalam berbagai bentuk di budaya populer, terutama di film, acara kuliner, dan novel. Beberapa chef terkenal seperti Anthony Bourdain dan Gordon Ramsay telah mempromosikan hidangan ini sebagai salah satu pengalaman kuliner yang otentik.
Selain itu, steak tartare juga menjadi simbol kemewahan di banyak restoran mewah. Hidangan ini sering disajikan dengan wine atau champagne, menambah kesan eksklusif dan elegan bagi para penikmatnya.
Steak tartare memiliki sejarah panjang yang mencerminkan evolusi kuliner dari berbagai budaya.
Dari legenda bangsa Mongol hingga pengaruh kuliner Prancis, hidangan ini telah berkembang menjadi salah satu sajian mewah yang digemari banyak orang. Meskipun ada tantangan dalam aspek keamanan pangan, steak tartare tetap menjadi hidangan yang mempertahankan keunikan dan cita rasanya di dunia kuliner modern.
Bagi para pecinta kuliner, menikmati steak tartare bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang pengalaman sejarah dan budaya yang terkandung dalam setiap gigitan.(*)