JAKARTA, RAKCER.ID– Dalam agenda AI Future Woman Leadership yang digagas oleh PB KOPRI PMII bersama organisasi perempuan yang tergabung dalam Cipayung Plus Jum’at, 14 Maret 2025.
Buya Husein Muhammad menyampaikan kuliah tujuh menit (kultum) menjelang berbuka puasa di Wisma Teater Kemenpora RI. Dalam kesempatan ini, beliau menekankan pentingnya memahami teks-teks keagamaan Islam secara lebih terbuka dan kontekstual.
“Sudah saatnya kita memahami teks-teks keagamaan kita (Islam) secara lebih terbuka, dari tekstual ke kontekstual, dari konservatisme ke progresivisme, dari tafsir ke ta’wil, dan dari langit ke bumi,” ujar Buya Husein.
Baca Juga:AI di ASEAN: Lenovo Ungkap Tren dan Tantangan Implementasi Generative AIMendorong Transformasi AI di Indonesia: Kunci Sukses Menurut Mendiktisaintek
Keterbukaan dalam Memahami Kebenaran
Dalam kultumnya, Buya Husein mengajak peserta untuk tidak ragu menerima kebenaran dari mana pun asalnya, sebagaimana yang dianjurkan oleh para ulama terdahulu.
Buya Husein mengutip pernyataan seorang ulama besar yang menegaskan bahwa tidak sepatutnya seseorang merasa malu untuk mengapresiasi dan mengambil manfaat dari suatu kebenaran, meskipun berasal dari bangsa yang berbeda.
Lebih lanjut, buya sapaan akrabnya juga mengutip pemikiran Ibn Rushd yang menekankan sikap objektif dalam menyikapi perbedaan pendapat.
“Bila pandangan orang lain itu benar, kita menerimanya, kita senang, dan berterima kasih. Jika tidak sesuai dengan kebenaran, kita menjauhi dan menerima maafnya,” ujar Buya, mengutip Ibn Rushd.
Keadilan sebagai Esensi Syariat
Selain itu, Buya Husein mengangkat pandangan Imam Al-Ghazali yang menegaskan bahwa selama suatu pemikiran masuk akal, memiliki argumen yang kuat, dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an serta As-Sunnah, maka tidak ada alasan untuk menolaknya.
Beliau juga mengingatkan pesan Ibnu Qayyim tentang esensi keadilan dalam syariat Islam: “Jika telah tampak nyata indikator keadilan dengan cara apa pun, maka itulah syariat dan agama Allah.”
Pemahaman yang inklusif dan kontekstual ini, menurut Buya Husein menjadi kunci dalam membangun keadilan di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kepemimpinan perempuan di era digital.
Baca Juga:TikTok dan Inovasi Feed STEM di Indonesia, Ruang Baru untuk Belajar Sains dan TeknologiViral! Ajakan untuk Mengumpulkan Anak Kelahiran 2006 di Instagram
Refleksi untuk Kepemimpinan Perempuan di Era AI
Acara berbuka puasa bersama ini menjadi momen refleksi bagi para peserta untuk mengkaji ulang pemahaman agama dalam konteks keadilan, inklusivitas, dan perkembangan zaman.