Tapi tentu saja, jadi penonton aktif begini juga perlu strategi. Indonesia harus jeli membaca peluang, cerdas menegosiasikan posisi, dan cekatan menjaga stabilitas ekonomi. Karena dalam geopolitik, siapa yang pandai membaca situasi dialah yang bisa naik panggung saat yang lain sibuk adu argumen.
Plot Twist: Konsumen Dunia Jadi Korban
Awalnya sih kelihatannya kayak adu otot ekonomi antara dua raksasa AS dan China. Tapi kayak cerita film yang penuh twist, ternyata efeknya gak berhenti di situ. Justru yang kena imbas besar adalah… kita. Konsumen. Di mana pun kita berada. Kok bisa?
1. Tarif Impor yang Nggak Cuma Nyakitin Dua Negara
Ketika Amerika dan China saling naikkan tarif impor, mereka sebenarnya sedang mempermahal barang-barang yang dijual lintas negara. Nah, biaya tambahan itu enggak muncul dari udara. Siapa yang akhirnya harus bayar lebih mahal? Yup, konsumen! Baik yang ada di Amerika, China, maupun negara lain yang tergantung pada produk dari kedua negara ini.
Baca Juga:Tertidur atau Terjaga? Kenapa Jam 1 Pagi Adalah Saat Paling Jujur dalam Hidupmu5 Alasan Kenapa Interior Rumah Gen Z Itu Instagramable Banget
2. Harga Naik di Mana-Mana
Tarif impor bikin biaya produksi naik, lalu harga jual juga ikut melonjak. Barang-barang kayak elektronik, tekstil, suku cadang, sampai kebutuhan sehari-hari jadi lebih mahal. Bayangin aja: iPhone yang komponennya dibuat di banyak negara, atau baju yang benangnya dari China tapi dijahit di Vietnam, lalu dijual ke Indonesia—semuanya jadi lebih mahal karena perang tarif.
3. Rantai Pasok Global Jadi Kacau
Dunia sekarang tuh kayak satu pabrik raksasa. Komponen dibuat di satu negara, dirakit di negara lain, dikirim ke tempat lain lagi. Nah, perang dagang ini kayak melempar batu ke mesin yang lagi jalan cepat—tiba-tiba banyak bagian berhenti atau tersendat. Perusahaan jadi harus cari jalur baru, pasokan telat, dan efisiensi runtuh. Akibatnya? Barang lambat datang dan makin mahal.
4. Perang Dagang Ketemu Krisis Kesehatan
Kita belum selesai dengan satu krisis, eh datang lagi yang lain. Di tengah panasnya perang dagang, dunia diguncang pandemi. Boom! Banyak pabrik tutup, pengiriman barang tertunda, permintaan dan penawaran jungkir balik. Ibaratnya, dunia kayak film distopia yang terus-terusan dapat sekuel dan kita semua jadi karakternya, mau gak mau.