Politik Nasi Goreng ala Megawati–Prabowo, Bumbu Hangat di Balik Piring Koalisi

Politik Nasi Goreng ala Megawati–Prabowo, Bumbu Hangat di Balik Piring Koalisi
Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP. Foto: Instagram @sufmi_dasco/rakcer.id
0 Komentar

Menariknya, dalam berbagai kesempatan, Megawati menunjukkan bahwa dirinya sangat piawai di dapur. Dalam acara Trisakti Tourism Award di Jakarta (8 Mei 2025), ia bercerita bahwa Presiden Prabowo kerap meminta dibuatkan nasi goreng olehnya.

Meski disampaikan dalam nada guyon, kisah ini tetap memuat pesan tersirat tentang kedekatan personal yang telah terbentuk antara keduanya.

“Saya jelek-jelek gini, kalau daftar sebagai chef pasti diterima. Masa saya sudah Presiden ke-5, ketua umum partai, terus disuruh masakin terus?” ujar Megawati, disambut gelak tawa para kader PDIP.

Baca Juga:Baru Lunasi Utang? Ini Waktu yang Dibutuhkan Agar BI Checking Bersih TotalPernah Pakai Pinjol? Hati-Hati, Bisa Gagal KPR Kalau Nama Kamu Masuk BI Checking!

Megawati bahkan sempat bercanda soal membuka “layanan nasi goreng”, tapi tentu saja “harus bayar”, katanya sambil tertawa. Candaan ini memperlihatkan bahwa dapur bukan hanya ruang personal, tapi juga ruang simbolik yang memperkuat relasi kekuasaan.

Dari Simbol ke Strategi: Akankah Nasi Goreng Jadi Menu Utama 2029?

Kini, dengan Prabowo telah resmi menjadi Presiden RI periode 2024–2029, kedekatan politik dan personalnya dengan Megawati menjadi sorotan. Apakah Megawati akan tetap menjadi “juru masak” di belakang layar, meracik bumbu politik dari balik dapur kekuasaan? Atau justru Prabowo akan meracik resepnya sendiri, dengan gaya militeristik yang khas?

Pertanyaan ini belum terjawab. Namun yang jelas, hubungan Megawati dan Prabowo telah melampaui dinamika formal kekuasaan. Keduanya menunjukkan bahwa politik juga bisa dibumbui dengan sentuhan personal dan budaya.

Nasi Goreng: Simbol Baru dalam Demokrasi Indonesia

Dalam kisah Megawati dan Prabowo, nasi goreng telah menjelma menjadi simbol unik dalam demokrasi Indonesia. Ia bukan sekadar lelucon atau gimmick media, tapi representasi dari pendekatan kultural yang efektif dalam meredakan ketegangan dan membangun kepercayaan.

Dari dapur Megawati ke meja makan Prabowo, nasi goreng telah menjadi bahasa isyarat kekuasaan yang tak bisa diabaikan. Di tengah kerasnya kontestasi politik, aroma nasi goreng justru membuka jalan menuju harmoni.

Siapa sangka, bahwa di balik dapur politik Indonesia, ada nasi goreng yang bisa lebih dahsyat dari pidato panjang atau perjanjian koalisi?

0 Komentar