Sementara itu, dalam sesi refleksi literasi, Lydia Christiani, Dosen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Diponegoro, menyampaikan bahwa seorang pustakawan idealnya memiliki keseimbangan antara kemampuan dan kemauan. Ketimpangan dalam dua aspek tersebut, menurutnya, bisa menyebabkan lahirnya fenomena “pustakawan zombi” praktik kepustakawanan yang kehilangan jiwa dan makna.
“Pustakawan tidak hanya berkutat dengan katalog dan sistem digital. Mereka juga berperan sebagai fasilitator informasi dan penjaga nalar publik,” tegas Lydia, sembari mengajak masyarakat untuk memaknai ulang istilah kepustakawanan yang selama ini kerap dianggap hanya sebatas pekerjaan teknis.
Peluncuran buku ini diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata bagi pelestarian nilai-nilai lokal sekaligus memperkuat ekosistem literasi nasional menuju masa depan yang lebih sadar pengetahuan.