CIREBON, RAKCER.ID – Konflik terbuka antara Iran dan Israel kini tak hanya menjadi isu politik luar negeri, tapi juga mulai membayangi sektor industri dalam negeri.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita memperingatkan pentingnya langkah cepat dan tepat dalam memitigasi dampak perang tersebut terhadap industri nasional.
Dalam pernyataannya di Jakarta pada Rabu (18/6), Menperin menekankan bahwa salah satu dampak paling krusial terletak pada ketergantungan industri dalam negeri terhadap energi impor baik sebagai bahan bakar maupun komponen penting dalam proses produksi.
Baca Juga:Gen Z Lagi Kecanduan Teknik Ini Biar Wanginya Nempel Seharian!Pustakawan Bukan Sekadar Katalog! Lihat Peran Mereka dalam 9 Buku Baru Perpusnas Ini
“Energi bukan hanya sumber tenaga produksi, tapi juga bahan baku vital. Kalau kita masih bergantung pada impor dari kawasan konflik, risikonya sangat besar,” ujar Agus.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa jalur logistik ekspor-impor yang melewati Timur Tengah kini berisiko terganggu, sehingga rantai pasok bahan baku industri nasional terancam goyah. Bahkan, gejolak nilai tukar akibat konflik global ini dapat memicu inflasi harga input produksi dan memperlemah daya saing ekspor.
“Industri kita harus lebih efisien dalam penggunaan energi dan mulai melakukan diversifikasi sumber energi. Tidak bisa lagi mengandalkan satu jenis energi saja, apalagi yang bergantung pada geopolitik,” tegasnya.
Sebagai solusi strategis, Kemenperin mendorong pelaku industri untuk memanfaatkan energi dari berbagai sumber—termasuk energi terbarukan—sekaligus mendukung visi Presiden Prabowo dalam menciptakan kedaulatan energi nasional.
Tak hanya itu, sektor manufaktur juga diharapkan dapat menghasilkan produk-produk penunjang program ketahanan energi nasional seperti mesin pembangkit, infrastruktur energi, dan komponen teknologi energi hijau.
Sementara di sektor pangan, Agus juga menyoroti pentingnya hilirisasi produk agro sebagai tameng ekonomi dari efek domino perang. Lonjakan biaya logistik, inflasi global, dan naiknya nilai dolar AS telah membuat harga bahan baku dan produk pangan impor ikut melonjak.
“Jawabannya adalah hilirisasi. Kita harus memproses hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan kita sendiri. Jangan terus bergantung pada pangan impor yang harganya makin tidak stabil,” jelasnya.
Baca Juga:Liburan Sekolah Makin Seru, KCIC Hadirkan Rute Pendek Whoosh Mulai Rp75 RibuRetail China Naik Drastis, Rupiah Langsung Kasih Sinyal Positif!
Menperin menambahkan bahwa hilirisasi sektor agro ini juga masuk dalam program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo untuk mencapai kedaulatan pangan nasional. Industri manufaktur nasional didorong agar tak hanya memproduksi, tapi juga berinovasi dalam teknologi efisiensi produksi pangan.