CIREBON,RAKCER.ID – Dalam situasi geopolitik yang memanas, terutama akibat konflik di Timur Tengah, banyak investor kembali melirik aset safe haven seperti emas.
Harga logam mulia tersebut bahkan hampir menyentuh rekor tertingginya di US$3.450 per ons pada Senin (16/06), menunjukkan preferensi pasar terhadap instrumen yang dinilai lebih stabil.
Simak Ulasan Lengkap Tentang Bitcoin
Sementara itu, Bitcoin belum sepenuhnya diterima sebagai aset lindung nilai. Menurut analis IG Markets, Tony Sycamore, Bitcoin masih diperlakukan lebih seperti aset berisiko, mirip dengan saham-saham Amerika Serikat, ketimbang sebagai pelindung nilai sejati seperti emas. Ia menekankan bahwa pergerakan Bitcoin lebih merefleksikan dinamika pasar ekuitas dibanding ketahanan dalam menghadapi ketidakpastian global.
Baca Juga:JD.com Siap Adopsi Stablecoin untuk Transaksi EfisienThe Fed Tahan Suku Bunga, Pasar Crypto Merespons Positif di Tengah Ketegangan Global
Emas sendiri telah mengalami kenaikan signifikan sebesar 30% sejak awal tahun, didorong oleh ketegangan geopolitik dan kebijakan tarif perdagangan dari Presiden AS Donald Trump. Sebaliknya, Bitcoin hanya naik sekitar 13% dari tahun ke tahun. Meski begitu, aset kripto terbesar ini masih berada dekat dengan puncak historisnya, yaitu hanya terpaut 5,3% dari rekor tertinggi di US$111.800 pada 22 Mei.
Sycamore menyatakan bahwa jika Bitcoin mampu bertahan di atas level support penting antara US$95.000 hingga US$100.000, maka ada peluang besar untuk menguji kembali rekor tertinggi tersebut. Ia bahkan memperkirakan kemungkinan pergerakan ke kisaran harga US$116.000 hingga US$120.000, terutama jika ekuitas berjangka AS terus menunjukkan pemulihan.
Dengan volatilitas yang masih tinggi dan sensitivitas terhadap sentimen pasar global, Bitcoin tampaknya belum sepenuhnya bisa menggantikan peran emas sebagai aset pelindung nilai utama dalam jangka pendek. Namun, tren ke depan bisa saja berubah seiring peningkatan adopsi institusional. (*)