Penulisan Ulang Sejarah Nasional Mau Dikebut Seperti Candi Semalam? Ini Alasan Kenapa Profesor Truman Mundur!

Penulisan Ulang Sejarah Nasional Mau Dikebut Seperti Candi Semalam? Ini Alasan Kenapa Profesor Truman Mundur!
Proyek penulisan ulang sejarah Nasional. Foto: Pinterest/rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Bayangkan sebuah buku sejarah tebal yang akan diwariskan ke generasi mendatang. Isinya bukan sekadar kisah masa lalu, tapi menjadi pijakan kolektif sebuah bangsa.

Inilah proyek besar yang tengah digagas pemerintah penulisan ulang sejarah nasional Indonesia menjelang 80 tahun kemerdekaan.

Namun, di balik semangat pembaruan itu, terselip kegelisahan dari kalangan akademisi.

Baca Juga:Biar Dilirik HRD! Begini Cara Bikin CV Kreatif di Canva Tanpa Ribet DesainJangan Asal Upload! Ini Panduan Lengkap Desain Feed Instagram Estetik dan Profesional dengan Canva

Salah satunya datang dari Profesor Harry Truman Simanjuntak, seorang arkeolog senior yang memutuskan mundur dari proyek tersebut. Alasannya bukan remeh tapi karena terdapat beberapa kejanggalan yang ia anggap mengancam integritas ilmu pengetahuan.

Profesor Truman bukan sekadar kecewa. Ia resah melihat bagaimana sejarah yang seharusnya jujur dan terbuka justru terancam jadi alat untuk membentuk narasi tunggal.

Di tengah kilatnya tenggat waktu, arahan dari atas, hingga narasi glorifikatif yang dibangun, ia memilih berdiri di sisi yang berbeda membela sejarah agar tetap jadi milik akal sehat, bukan sekadar kepentingan penguasa.

Pertanyaannya sekarang, proyek ini benar-benar pembaruan? Atau justru pembungkaman dengan wajah yang lebih rapi?

Rencana pemerintah untuk menulis ulang sejarah nasional menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia ternyata menuai kritik tajam dari kalangan akademisi.

Salah satu penolakan datang dari Profesor Harry Truman Simanjuntak, arkeolog senior dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, yang memilih mundur dari proyek tersebut.

Truman mengaku tidak nyaman melanjutkan keterlibatannya karena menemukan sejumlah kejanggalan dalam proses penyusunan sejarah nasional yang dinilainya tidak sesuai dengan prinsip keilmuan.

Baca Juga:

Ia mempertanyakan keputusan untuk menghapus istilah “prasejarah” dan menggantinya dengan “sejarah awal”.

Menurutnya, istilah “prasejarah” sudah digunakan secara internasional dan menjadi bagian penting dalam kajian arkeologi.

Perubahan istilah tanpa alasan akademis yang kuat dikhawatirkan akan menyesatkan pembaca dan mencederai disiplin ilmu itu sendiri.

Tak hanya soal istilah, Truman juga menyoroti proses penyusunan naskah yang dinilainya terlalu terburu-buru. Proyek ini dimulai pada akhir November 2024 dan ditargetkan selesai pada Juni 2025.

Ia membandingkan proyek ini dengan “Indonesia Dalam Arus Sejarah” yang memerlukan waktu sepuluh tahun untuk rampung.

0 Komentar