CIREBON, RAKCER.ID – Kekhawatiran akan dampak radiasi dari serangan militer Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran akhirnya dijawab tuntas oleh Komisi Regulasi Nuklir dan Radiologi Arab Saudi (NRRC).
Melalui pernyataan resmi pada Minggu (22/6), pihak NRRC menegaskan bahwa tidak ada efek radioaktif yang terdeteksi di wilayah Kerajaan maupun kawasan Teluk Arab.
“Tidak terdeteksi adanya dampak radioaktif terhadap lingkungan Kerajaan maupun negara-negara Arab Teluk akibat penargetan militer Amerika terhadap fasilitas nuklir Iran,” demikian pernyataan resmi NRRC melalui akun X (Twitter) @SaudiNRRC.
Baca Juga:Tak Butuh Apoptosis! Kalajengking Amazon Tawarkan Cara Baru Membunuh KankerMotif Batik Ini Berasal dari Akulturasi Budaya Jawa dan Tionghoa
Pernyataan ini muncul setelah Amerika Serikat diketahui melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir Iran, termasuk fasilitas pengayaan uranium bawah tanah di Fordow.
Langkah ini dilakukan setelah berhari-hari spekulasi mengenai kemungkinan keterlibatan militer AS dalam operasi Israel terhadap target-target Iran.
Menanggapi situasi tersebut, Garda Nasional Kuwait juga turut merespons. Dalam pernyataan yang dikutip dari Kantor Berita KUNA, pihaknya menyebutkan bahwa tingkat radiasi di udara dan perairan Kuwait stabil, serta menegaskan bahwa kondisi di lapangan masih berada dalam batas normal.
Dukungan pernyataan juga datang dari Otoritas Regulasi Nuklir dan Radiologi Mesir. Otoritas tersebut menyampaikan bahwa Mesir tidak terkena dampak langsung dari serangan ke fasilitas pengayaan dan konversi uranium milik Iran.
Meski eskalasi ketegangan di Timur Tengah meningkat, pernyataan dari sejumlah otoritas nuklir di kawasan menjadi angin segar bagi masyarakat yang sempat cemas akan potensi ancaman radiasi.
Namun begitu, situasi di wilayah tetap dalam pemantauan ketat mengingat konflik yang masih terus berkembang.