6. Mencari Pekerjaan yang Bermakna dan Selaras dengan Nilai
Gen Z cenderung mencari pekerjaan yang memiliki tujuan lebih besar dari sekadar profit.
Mereka ingin merasa kontribusi mereka berarti, selaras dengan nilai-nilai pribadi, dan memberikan dampak positif. Jika pekerjaan terasa tidak bermakna atau bertentangan dengan prinsip mereka, motivasi akan menurun.
7. Budaya Kerja yang Buruk (Toxic) dan Kurangnya Apresiasi
Budaya perusahaan yang terlalu hierarkis, kurangnya komunikasi terbuka, micromanagement, atau tidak adanya apresiasi atas kerja keras adalah pemicu kuat.
Baca Juga:Hyperion: Pohon Tertinggi di Dunia yang Kalahkan Big Ben dan Patung LibertyBatas Maksimal Rumah Subsidi Tetap, Pemerintah Usulkan Penyesuaian Batas Minimal
Gen Z mendambakan lingkungan kerja yang inklusif, suportif, dan mengakui kontribusi mereka. Mereka tidak ragu untuk meninggalkan perusahaan yang memiliki budaya toxic.
8. Kurangnya Jenjang Karier dan Pengembangan Diri
Gen Z adalah pembelajar seumur hidup. Jika mereka merasa tidak ada kesempatan untuk berkembang, belajar skill baru, atau melihat jalur karier yang jelas di perusahaan, mereka akan mencari peluang di tempat lain.
Mereka ingin perusahaan berinvestasi pada pertumbuhan profesional mereka.
9. Gaji yang Tidak Sesuai dengan Beban Kerja
Meskipun bukan satu-satunya, gaji tetap penting. Banyak Gen Z merasa gaji yang ditawarkan tidak sepadan dengan beban kerja yang berlebihan atau deskripsi pekerjaan yang terus meluas tanpa kenaikan kompensasi. Ini menimbulkan rasa tidak dihargai.
10. Kepercayaan Diri dengan Keterampilan yang Dimiliki
Gen Z adalah generasi yang melek teknologi dan memiliki skill digital yang relevan dengan pasar kerja saat ini.
Mereka cukup percaya diri untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik atau bahkan beralih profesi jika tidak puas dengan kondisi kerja saat ini.
Dampak dan Solusi bagi Perusahaan
Fenomena quiet quitting dan great resignation tentu berdampak besar bagi perusahaan, seperti penurunan produktivitas, inovasi yang terhambat, hingga tingginya turnover karyawan.
Namun, ini juga menjadi sinyal bagi perusahaan untuk beradaptasi:
Fokus pada Kesejahteraan Karyawan: Sediakan program kesehatan mental, jam kerja fleksibel, dan dukungan untuk work-life balance.
Baca Juga:7.926 Peserta Lolos Seleksi Administrasi Beasiswa Indonesia Bangkit 2025, Siap Hadapi Ujian AkademikTrump Optimistis Soal Gencatan Senjata Gaza, Kritik Global Menguat Terkait Korban Sipil di Pusat Bantuan
Bangun Budaya Apresiasi dan Komunikasi Terbuka: Kenali dan hargai kontribusi karyawan, dorong komunikasi dua arah, dan ciptakan lingkungan yang aman untuk berbagi masukan.