CIREBON, RAKCER.ID – Adilbek Kozybakov seorang ekolog dan aktivis lingkungan asal Kazakhstan, menyuarakan kekhawatiran serius terkait menyusutnya Laut Kaspia yang terus terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
Ia menyebut, ancaman hilangnya laut terbesar di dunia itu bukan lagi prediksi ilmiah semata, melainkan sudah terlihat jelas dengan mata telanjang.
Kozybakov yang tumbuh besar di kota pesisir Aktau, mengenang masa kecilnya ketika ibunya selalu menyajikan kaviar sturgeon di atas roti dan mentega.
Baca Juga:6 Dekorasi Simpel Tapi Estetik untuk Bikin Kamar Kos Jadi Lebih NyamanCat Kayu Anti Air untuk Eksterior, 5 Rahasia Kayu Tahan Cuaca dan Tetap Estetik!
“Dulu, ikan sturgeon hidup puluhan tahun dan tidak diganggu siapa pun. Sekarang, populasinya nyaris punah akibat perburuan liar dan pencemaran oleh perusahaan minyak,” katanya kepada Al Jazeera.
Menurut sebuah studi yang dirilis jurnal Nature pada April 2025, permukaan Laut Kaspia diperkirakan akan turun hingga 18 meter dan kehilangan hingga 34 persen dari luas totalnya pada akhir abad ini.
Penurunan lima hingga sepuluh meter saja disebut cukup untuk menghancurkan ekosistem penting, termasuk habitat anjing laut dan sturgeon endemik Kaspia.
Kondisi ini memunculkan kekhawatiran bahwa Laut Kaspia akan bernasib sama seperti Laut Aral, yang kini hanya menyisakan 10 persen dari luas awalnya akibat proyek irigasi besar-besaran Uni Soviet di tahun 1960-an.
Namun, tidak seperti Laut Aral, penyusutan Laut Kaspia bukan hanya karena perubahan iklim.
Sungai Volga yang menyuplai 80–85 persen air ke laut ini telah dipenuhi bendungan dan digunakan untuk kepentingan pertanian serta industri oleh Rusia. Akibatnya, debit air yang mengalir ke Laut Kaspia menyusut drastis.
“Sudah bertahun-tahun aliran air dari Volga berkurang. Ini bukan hanya soal iklim, tapi juga kebijakan pengelolaan air,” jelas Kozybakov, yang kini juga menjadi anggota dewan penasihat lingkungan di Kementerian Ekologi Kazakhstan.
Baca Juga:Rahasia Kayu Manis: Bumbu Dapur yang Ampuh Turunkan Tekanan Darah Tanpa ObatJangan Asal Pakai! Ini Ciri Bumbu Dapur yang Sudah Kedaluwarsa dan Tak Layak Masak
Kondisi ini mendorong Vadim Ni, seorang pengacara lingkungan asal Kazakhstan, menggugat pemerintahnya sendiri pada Februari 2025 melalui kampanye bertajuk “Save the Caspian Sea”.
Ni menuduh pemerintah menyembunyikan kontrak kerja sama dengan perusahaan minyak dan gas asing yang beroperasi di tiga ladang besar peninggalan era Soviet.
Menurutnya, isi kontrak tersebut tidak transparan dan tidak memungkinkan publik mengetahui dampak sebenarnya terhadap lingkungan.