CIREBON, RAKCER.ID – Media sosial dan Gen Z adalah dua hal yang tak terpisahkan.
Generasi yang tumbuh besar dengan Instagram, TikTok, dan X (dulu Twitter) ini mahir berselancar di dunia digital.
Namun, di balik tampilan layar yang penuh warna dan interaksi tanpa batas, tersimpan sebuah gelombang yang tak kasat mata gelombang stres dan tantangan kesehatan mental yang signifikan bagi Gen Z.
Baca Juga:Cat Warna Hijau Cocok dengan Warna Apa? Ini 7 Kombinasi yang Bikin Rumah Makin MenawanNggak Perlu Bikin Ruangan Baru! Ini 8 Ide Ruang Kerja minimalis di Kamar yang Bikin Betah Lembur
Media Sosial: Pisau Bermata Dua
Bagi Gen Z, media sosial bukan sekadar platform komunikasi, melainkan juga jendela dunia, sumber informasi, hiburan, bahkan wadah ekspresi diri. Ia menawarkan banyak manfaat, seperti:
Koneksi Sosial: Memungkinkan mereka tetap terhubung dengan teman dan keluarga, serta membangun komunitas baru dengan minat yang sama.
Akses Informasi: Sumber berita, pengetahuan, dan tren terkini yang mudah dijangkau.
Ekspresi Diri: Ruang untuk menunjukkan kreativitas, berbagi pemikiran, dan membangun identitas online.
Dukungan Komunitas: Menemukan support system dan berbagi pengalaman dengan orang-orang yang memiliki masalah serupa.
Namun, di sisi lain, media sosial juga membawa dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental Gen Z:
1. Sumber Stres dan Isu Kesehatan Mental dari Media Sosial
Media sosial seringkali menampilkan sisi terbaik dari kehidupan orang lain liburan mewah, pencapaian karier, hubungan romantis yang sempurna. Gen Z yang melihat ini cenderung membandingkan diri mereka sendiri, memicu perasaan insecure, iri hati, dan merasa kurang berharga.
Baca Juga:Mau Dekorasi Rumah Dengan Isi Buku? Coba Kamu Buat Ini!Bikin Rak Buku Estetik Sendiri? Ini Cara Gampangnya plus 5 Inspirasi Rak Kayu Keren!
Mereka merasa hidup orang lain jauh lebih baik, padahal yang terlihat di media sosial hanyalah “highlight reel”, bukan realitas penuh.
2. FOMO (Fear of Missing Out)
Melihat teman-teman atau influencer menghadiri acara seru, liburan, atau memiliki pengalaman baru dapat memicu perasaan cemas dan takut ketinggalan.
Ini bisa menyebabkan stres, kesepian, dan dorongan untuk terus-menerus mengecek media sosial agar tidak “kudet”.
3. Cyberbullying dan Pelecehan
Media sosial membuka celah bagi cyberbullying, komentar negatif, dan pelecehan online yang bisa berdampak serius pada kesehatan mental.
Serangan verbal atau body shaming yang terus-menerus dapat merusak harga diri dan memicu depresi atau kecemasan.