Fenomena Cancel Culture di Indonesia: Dampak dan Cara Mengatasi

Fenomena Cancel Culture di Indonesia: Dampak dan Cara Mengatasi
Fenomena Cancel Culture di Indonesia. Foto: Tangkapan layar/Rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Cancel culture di media sosial merupakan sebuah fenomena pemboikotan massal terhadap individu atau kelompok yang dianggap telah melakukan kesalahan atau melanggar norma sosial. Media sosial menjadi wadah utama penyebaran informasi dan opini, sehingga cancel culture dapat menyebar dengan cepat dan meluas, seringkali berdampak pada reputasi, karier, bahkan kesehatan mental seseorang.

Fenomena cancel culture di Indonesia memberikan dampak yang negatif bagi orang yang mengalaminya bahkan bisa mempengaruhi kehidupan pribadinya. Beberapa sikap bijak bisa dilakukan untuk menghidari dan mengatasi cancel culture.

Dampak Cancel Culture

Dampak dari cancel culture seringkali memiliki efek jangka panjang yang berimbas pada kehidupan korbannya.

Dampak Psikologis dan Emosional

  • Depresi dan kecemasan: serangan masif dan boikot di media sosial dapat menyebabkan tekanan psikologis yang sangat besar. Hal ini bisa memicu depresi, gangguan kecemasan, bahkan risiko bunuh diri, seperti yang disoroti dalam beberapa studi.
  • Isolasi Sosial: Orang yang mejadi korban cancel culture biasanya akan merasa sendirian dan terisolasi karena merasa kehilangan dukungan baik dari tema, keluarga, bahkan publik.
  • Kembalinya Trauma: Bagi seseorang yang dulunya pernah mengalami kekerasan atau pelecehan, proses cancel culture bisa membuka kembali luka lama dan mengembalikan trauma yang sudah berusaha dilupakan.

2. Dampak Profesional dan Ekonomi

  • Kehilangan Karir dan Pekerjaan: ini adalah salah satu dampak yang paling nyata. Sesorang bisa kehilangan kontrak kerja, sponsor, dan dipecat dari pekerjaannya. Hal ini telah terjadi pada banyak selebriti, figur publik, hingga tokoh perusahaan.
  • Kerusakan Reputasi: Meskipun berhasil kembali ke publik, orang yang pernah mengalami cancel culture cenderung tidak bisa mengembalikan reputasi mereka sepenuhnya. Cap negatif yang melekat bisa menghambat peluang karir di masa depan.

3, Dampak Sosial dan Kebebasan Berpendapat

  • Menurunnya Kebebasan Berpendapat (Self-Censorship): Banyak orang yang menjadi takut untuk menyampaikan pendapat yang berbeda atau kontroversial karen akhawatir akan menjadi sasaran cancel culture. Hal ini bisa mempersempit ruang diskusi yanng sehat dan beragam.
  • Pembentukan “Mob Mentality: Cancel culture seringkali memicu pola pikir massa (mob mentality) di mana orang-orang beramai-ramai menghakimi tanpa melihat kasus secara objektif atau mendengarkan sisi lain dari cerita.
  • Memicu Polarisasi: Isu-isu sensitif bisa menjadi semakin terpolarisasi, dengan dua kubu yang saling menyerang tanpa adanya ruang untuk dialog atau pemahaman.
0 Komentar