Aktivisme Digital Melalui Media Sosial: Efektif atau Hanya Slacktivism?

Aktivisme Digital: Efektif atau Hanya Slacktivism?
Aktivisme Digital: Efektif atau Hanya Slacktivism?. Foto: Tangkapan layar/ Rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Di era ini, media sosial telah menjadi salah satu arena untuk menyuarakan aspirasi dan mendorong perubahan. Dari tagar yang viral, petisi online, hingga kampanye penggalangan dana, aktivisme digital kian menjadi bagian tak terpisahkan dari gerakan sosial. Namun, muncul pertanyaan besar, apakah aktivisme digital melalui media sosial benar-benar efektif, atau hanya sekadar slacktivism?

Apa itu Aktivisme Digital dan Slacktivism?

Aktivisme digital adalah penggunaan teknologi komunikasi digital, seperti internet, media sosial, dan platform online, untuk mendukung dan mempromosikan tujuan sosial atau politik.

Bentuknya beragam, mulai dari menyebarkan informasi, menandatangani petisi online, hingga berpartisipasi dalam kampanye media sosial.

Baca Juga:Dunia Maya vs Dunia Nyata: Memahami Dampak Identitas Digital yang Berbeda dari Kehidupan AsliPanduan Lengkap Membangun Personal Branding di Media Sosial 

Di sisi lain, slacktivism merupakan istilah yang berasal dari gabungan kata slacker (pemalas) dan activism (aktivisme), merujuk pada tindakan yang dianggap memberikan kepuasan minimal kepada partisipan tanpa memberikan dampak signifikan pada isu yang diperjuangkan.

Contoh slacktivism termasuk sekadar menekan tombol suka atau membagikan postingan tanpa ada tindakan nyata lebih lanjut.

Sisi Positif Aktivisme Digital

Aktivisme digital punya banyak keunggulan yang tidak dimiliki oleh gerakan tradisional, di antaranya:

1. Jangkauan Luas dan Cepat

Media sosial dapat menyebarkan informasi ke jutaan orang dalam hitungan detik. Sebuah isu bisa dengan cepat menjadi perhatian global dan memobilisasi dukungan dari berbagai belahan dunia

Contohnya, tagar #FreePalestine yang berhasil menjadi gerakan global setelah digunakan secara masif di media sosial.

2. Biaya Rendah dan Akses Mudah

Berpartisipasi dalam aktivisme digital tidak memerlukan banyak biaya atau sumber daya. Siapa pun dengan akses internet bisa menyuarakan pendapatnya, membuat aktivisme lebih demokratis dan inklusif.

3. Mobilisasi Massa

Platform digital memungkinkan aktivis untuk mengorganisir protes, penggalangan dana, atau acara online dengan lebih efisien. Mereka bisa menjangkau dan mengumpulkan orang dengan minat yang sama tanpa batasan geografis.

Baca Juga:Mengenal Istilah FOMO: Ketakutan Tertinggal yang Membayangi Generasi Masa KiniGuru Wajib Tahu! Inilah 5 Media Sosial Sebagai Alat Pembelajaran yang Efektif

Tantangan dan Kritik: Jebakan Slacktivism

Meskipun memiliki potensi besar, aktivisme digital juga menghadapi kritik keras, terutama terkait fenomena slacktivism.

1. Partisipasi Dangkal

Salah satu kritik utama adalah aktivisme digital seringkali hanya sebatas partisipasi Dangkal. Seseorang mungkin merasa sudah “berkontribusi” hanya dengan membagikan postingan, tetapi tidak melakukan tindakan nyata seperti donasi, menjadi sukarelawan, atau terlibat langsung dalam aksi lapangan.

0 Komentar