Perasaan telah berkontribusi ini seringkali di sebut efek “halo” digital yang dapat mengurangi motivasi untuk bertindak lebih jauh.
2. Polarisasi dan Ruang Gema (Echo Chamber)
Algoritma media sosial cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, menciptakan “ruang gema” di mana seseorang hanya terpapar pada pandangan yang serupa dengan mereka.
Hal ini dapat memperkuat keyakinan yang sudah ada dan membuat dialog dengan pihak yang berbeda menjadi sulit, bahkan memicu polarisasi
Baca Juga:Dunia Maya vs Dunia Nyata: Memahami Dampak Identitas Digital yang Berbeda dari Kehidupan AsliPanduan Lengkap Membangun Personal Branding di Media Sosial
3. Kurangnya Akuntabilitas
Dalam dunia daring, anonimitas sering kali membuat orang kurang bertanggung jawab atas komentar atau tindakan mereka. Hoaks dan misinformasi bisa menyebar dengan cepat, merusak kredibilitas suatu gerakan.
Mengubah Slacktivism Menjadi Aktivisme Sejati
Jadi, apakah aktivisme digital efektif atau hanya slacktivism? Jawabannya tidak hitam putih.
Aktivisme digital bisa menjadi alat yang sangat efektif, tetapi hanya jika digunakan sebagai jembatan menuju tindakan nyata.
1. Jangan Berhenti di Likes dan Shares
Gunakan informasi yang didapatkan dari media sosial sebagai pemicu. Setelah membagikan postingan, cari tahu lebih lanjut tentang isu tersebut, sumbangkan dana jika memungkinkan, dan pertimbangkan untuk bergabung dengan komunitas atau organisasi yang bergerak di bidang tersebut.
2. Dukung Gerakan di Dunia Nyata
Aktivisme digital dan aktivisme di dunia nyata harus saling melengkapi. Kampanye online yang berhasil harus bisa diterjemahkan menjadi aksi nyata, seperti aksi damai, demonstrasi, atau pertemuan publik.
3. Jadilah Konsumen Informasi yang Cerdas
Selalu verifikasi informasi sebelum membagikannya. Jangan mudah terprovokasi oleh berita yang belum jelas kebenarannya. Jadilah bagian dari solusi, bukan masalah.
Kesimpulannya, aktivisme digital bukanlah akhir dari sebuah perjuangan, melainkan awal yang kuat. Ketika digunakan dengan bijak, ia bisa menjadi katalisator yang luar biasa untuk perubahan. Namun, tanpa tindakan nyata dan keberanian moral, ia hanya akan menjadi riuh rendah di ruang digital yang sunyi dari makna. (*)