Era Baru Pembentukan Opini: Peran Media Sosial Dalam Membentuk Opini Publik

Era Baru Pembentukan Opini: Peran Media Sosial Dalam Membentuk Opini Publik
Peran Media Sosial Dalam Membentuk Opini Publik. Foto: Tangkapan layar/ Rakcer.id
0 Komentar

3. Misinformasi dan Disinformasi

Kecepatan penyebaran informasi di media sosial juga menjadi pedang bermata dua. Berita palsu (hoax), misinformasi (informasi yang salah disebarkan tanpa niat jahat), dan disinformasi (informasi yang salah disebarkan dengan sengaja) dapat menyebar lebih cepar daripada berita yang benar.

Algoritma cenderung memprioritaskan konten yang memicu emosi, dan sayangnya, misinformasi seringkali dicancang untuk memancing respons emosional yang kuat.

Tantangan ini menuntut literasi digital yang lebih tinggi dari pengguna. Kemampuan untuk memverifikasi sumber, memeriksa fakta, dan berfikir kritisa sangat penting untuk melawan arus informasi yang menyesatkan.

Baca Juga:Dunia Maya vs Dunia Nyata: Memahami Dampak Identitas Digital yang Berbeda dari Kehidupan AsliPanduan Lengkap Membangun Personal Branding di Media Sosial 

Tanpa literasi ini, opini publik dapat dengan mudah dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, mulai dari aktor politik, hingga kelompok dengan agenda tertentu.

4. Peran Influencer dan Narasi Publik

Selain jurnalisme warga, influencer juga memainkan peran besar dalam membentuk opini. Dengan basis pengikut yang besar, mereka memiliki kekuatan untuk mempromosikan produk, gaya hidup, hingga pandangan politik tertentu.

Ketika seorang influencer mendukung sebuah kandidat atau isu, jutaan pengikutnya bisa terpengaruh. Narasi yang mereka bangun seringkali lebih personal dan otentik bagi pengikutnya, membuatnya lebih persuasif daripada iklan tradisional.

Kekuatan influencer, baik dalam bentuk selebriti, pakar, atau micro-influencer, menunjukkan bahwa opini publik tidak lagi hanya dibentuk oleh institusi formal. Sebaliknya, opini juga terbentuk dari percakapan, rekomendasi, dan narasi yang dibangun oleh individu-individu di media sosial.

Media sosial telah mengubah cara opini publik terbentuk secara fundamental. Ia memberi ruang bagi partisipasi yang lebih luas, tetapi juga menciptakan risiko polarisasi dan penyebaran misinformasi.

Memahami dinamika ini sangat penting bagi kita semua, sebagi warga digital. Penting untuk tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga pengguna yang bijak, kritis, dan bertanggung jawab agar media sosial dapat menjadi kekuatan positig yang membangun wacana publik yang sehat dan demokratis. (*)

0 Komentar