CIREBON, RAKCER.ID – Dalam mendidik anak, pola asuh orang tua punya peran besar terhadap tumbuh kembangnya.
Salah satu pola asuh yang banyak direkomendasikan adalah authoritative parenting atau pola asuh otoritatif.
Pola asuh ini dikenal sebagai cara mendidik anak yang demokratis, penuh kasih sayang, tapi tetap tegas dengan aturan.
Baca Juga:Waspada! Modus Penipuan Baru “Quishing” Incar Login Gmail, Rekening Bisa Terkuras8 Rekomendasi Karpet Ruang Tamu Elegan yang Bikin Rumah Terlihat Mewah dan Nyaman!
Apa Itu Authoritative Parenting?
Authoritative parenting adalah pola asuh yang menyeimbangkan kebebasan dan batasan. Orang tua mendukung keinginan anak, memberi kesempatan mereka berpendapat, tapi tetap tegas dalam menerapkan aturan.
Dengan pola ini, orang tua tidak hanya menyuruh, tetapi juga menjelaskan alasan di balik aturan. Anak pun dilibatkan dalam diskusi sehingga terbentuk komunikasi dua arah.
Contohnya, ketika anak ingin menonton TV larut malam, orang tua tidak serta-merta melarang, tetapi menjelaskan bahwa tidur cukup penting agar besok bisa bersekolah dengan segar.
Cara Menerapkan Authoritative Parenting
Agar bisa berjalan efektif, orang tua perlu konsisten menerapkan pola ini. Berikut beberapa langkah yang bisa dicoba:
1. Jadilah pendengar yang baik
Dengarkan pendapat dan perasaan anak. Meski tidak semua permintaan bisa dipenuhi, anak akan merasa dihargai.
2. Validasi emosinya
Jangan meremehkan perasaan anak dengan kalimat seperti “Jangan nangis.” Sebaiknya katakan, “Bunda tahu kamu sedih, tapi sekarang waktunya tidur, besok kita bisa nonton lagi.”
3. Jelaskan alasan aturan
Misalnya, “Menyikat gigi sebelum tidur penting supaya gigi tetap sehat dan tidak sakit.”
4. Diskusikan konsekuensi
Ajak anak membuat kesepakatan tentang konsekuensi jika melanggar aturan.
5. Berikan peringatan ringan
Baca Juga:4 Aneka Jenis Tanaman Hidroponik yang Mudah Ditanam di RumahTablet Rp6 Jutaan dari Samsung Ini Punya Baterai 8.000 mAh & Fitur AI, Cocok Buat Semua Aktivitas!
Jika anak melanggar aturan kecil, beri peringatan satu kali sebelum konsekuensi dijalankan.
6. Jadikan kesalahan sebagai pelajaran
Biarkan anak belajar dari konsekuensinya, tanpa hukuman fisik.
7. Latih anak memecahkan masalah sendiri
Jangan selalu turun tangan. Dorong anak mencari solusi dari masalah yang dihadapinya.
8. Berikan pujian secukupnya
Apresiasi setiap pencapaian anak, tapi jangan sampai berlebihan.
9. Beri ruang kebebasan
Biarkan anak memilih aktivitas yang ia sukai, asal masih dalam batas wajar.
10. Hadapi masa pubertas dengan sabar