Peran Media Sosial dalam Aksi Demonstrasi: Mengubah Lanskap Aksi Massa

Peran Media Sosial dalam Aksi Demonstrasi: Mengubah Lanskap Aksi Massa
Peran Media Sosial dalam Aksi Demonstrasi. Foto: Pinterest/ Rakcer.id
0 Komentar

3. Tantangan dan Risiko

Dibalik keefektifannya, penggunaan media sosial untuk demonstrasi juga membawa sejumlah tantangan dan risiko.

Penyebaran Hoaks dan Disinformasi

Kecepatan penyebaran informasi di media sosial juga berlaku untuk berita bohong atau hoaks. Di mana hal ini dapat digunakan pihak tertentu untuk memanipulasi emosi massa, memicu kekerasan, atau merusak reputasi gerakan.

Pengawasan dan Represi Digital

Media sosial menjadi sumber data bagi pihak berwenang untuk mengidentifikasi dan memantau para aktivis. Jejak digital dapat digunakan untuk melakukan penangkapan aktivis yang terlibat atau tindakan represif lainnya, sehingga dapat membahayakan keselamatan para penggerak aksi massa.

Baca Juga:Ancaman Deepfake di Media Sosial: Bahaya dan Cara MengatasiBatasan Usia Bermedia Sosial: Mengapa Penting dan Bagaimana Penerapannya?

Slacktivism

Slacktivism merupakan sebuah istilah untuk partisipasi minim yang hanya sebatas “like” atau “share” tanpa adanya keterlibatan nyata. Fenomena ini bisa memberikan ilusi dukungan yang besar, tetapi tidak selalu diterjemahkan menjadi aksi di lapangan.

Secara keseluruhan, media sosial telah menjadi katalisator utama dalam aksi massa. Hal ini memungkinkan mobilisasi yang lebih cepat, penyebaran informasi yang lebih demokratis, dan pembentukan solidaritas yang kuat. Namun, penting untuk disadari bahwa kekuatan ini datang dengan risiko.

Keberhasilan sebuah gerakan di era digital kini sangat bergantung pada kemampuan untuk mengelola informasi secara bijak dan mengonversi dukungan online menjadi partisipasi nyata yang signifikan. (*)

0 Komentar