Dampak Ghosting dan Zombie-ing
Baik ghosting maupun zombie-ing sama-sama meninggalkan luka emosional yang mendalam. Korban seringkali merasa bingung, mempertanyakan diri sendiri, dan mencari-cari kesalahan yang tidak ada.
Rasa Tidak Berharga
Korban ghosting bisa merasa bahwa mereka tidak cukup penting untuk diberi penjelasan. Ini bisa merusak harga diri dan kepercayaan diri.
Kebingungan
Kurangnya penutupan membuat korban terus bertanya-tanya “kenapa?” dan “apa yang salah” Ini dapat menghalangi mereka untuk move on
Baca Juga:Gempuran Isu Hak Cipta DI Tengah Era Konten KreatifRitual dan Etika Digital: Aturan Tak Tertulis yang Harus DIketahui
Kecemasan
Kemunculan kembali pelaku melalui zombie-ing dapat menimbulkan kembali rasa cemas dan keraguan, membuat korban sulit untuk mempercayai orang lain di masa depan.
Bagaimana Menghadapi Fenomena Ini?
Terima Kenyataan
Jika seseorang melakukan ghosting, terima bahwa mereka tidak berniat untuk berkomunikasi. Pahami bahwa itu lebih mencerminkan karakter mereka daripada nilai diri Anda.
Jangan Berharap
Jika Anda menjadi korban zombie-ing, jangan langsung berharap. Sadari bahwa niat mereka mereka mungkin tidak tulus dan hindari jatuh ke dalam jebakan yang sama.
Utamakan Diri Sendiri
Alihkan fokus pada kesejahteraan emosional Anda. Habiskan waktu dengan orang-orang yang peduli dan menghargai Anda.
Tetapkan Batasan
Jika pelaku zombie-ing muncul, Anda memiliki hak penuh untuk tidak merespons atau memblokir mereka mereka kembali. Lindungi diri Anda dari pola yang merusak.
Ghosting dan zombie-ing adalah pengingat bahwa meskipun teknologi membuat kita terhubung, kita tidak boleh melupakan etika dasar dalam memperlakukan orang lain. Komunikasi yang jujur dan empati teteap menjadi kunci untuk membangun hubungan yang sehat, baik di dunia nyata maupun di dunia digital.(*)