Dampak Media Sosial terhadap Fokus Pengguna: Ini Kata Riset

Dampak Media Sosial terhadap Fokus Pengguna: Ini Kata Riset
Dampak Media Sosial terhadap Fokus Pengguna. Foto: Pinterest/ Rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Media sosial telah menjadi “teman” yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Mulai dari membangun koneksi, mencari hiburan, hingga mengakses informasi, semuanya bisa di lakukan dalam genggaman. Namun, di balik kemudahan ini, ada sebuah pertanyaan penting yang sering muncul: apakah media sosial membuat kita kehilangan fokus?

Jawabannya, menurut berbagai penelitian, tampaknya adalah iya. Media sosial memengaruhi kemampuan kita untuk berkonsentrasi, dan dampak media sosial terhadap fokus pengguna bisa lebih dalam dari yang kita bayangkan.

Mengapa Media Sosial Merusak Konsentrasi Kita?

Riset dari berbagai lembaga, termasuk universitas dan lembaga psikologi, telah menunjukkan beberapa mekanisme kunci di balik fenomena ini:

Baca Juga:Etika Berkomentar di Media Sosial: Batas Antara Kritik dan BullyingEksperimen Sosial di Youtube: Edukasi, Hiburan, atau Eksploitasi?

1. Banjir Informasi dan Multitasking Digital

Setiap kali kita membuka aplikasi media sosial, kita dihadapkan pada aliran konten yang tak ada habisnya: video pendek, foto, berita, dan unggahan dari teman. Otak kita dipaksa untuk terus-menerus memproses potongan informasi yang berbeda dengan sangat cepat.

Pola ini melatih otak kita untuk terbiasa dengan rangsangan konstan dan perubahan cepat, sehingga sulit untuk fokus pada satu tugas dalam jangka waktu lama.

Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications menemukan bahwa penggunaan media sosial yang intensif dapat memengaruhi kapasitas memori kerja (working memory) kita, yaitu memori yang bertanggung jawab untuk menyimpan dan memproses informasi yang relevan saat ini.

2. Siklus Dopamin dan Kebutuhan “Instan”

Media sosial dirancang untuk membuat kita ketagihan. Setiap notifikasi, like, atau komentar melepaskan dopamin, zat kimia di otak yang berhubungan dengan kesenangan dan hadiah. Aliran dopamin ini menciptakan siklus yang membuat kita terus-menerus mencari rangsangan berikutnya.

Menurut riset dari University of British Columbia, kebiasaan ini dapat mengurangi kemampuan kita untuk menoleransi kebosanan. Kita jadi lebih sering mencari “perbaikan” dopamin instan dari media sosial daripada mengerjakan tugas yang membutuhkan ketekunan, seperti membaca buku atau menyelesaikan proyek kerja.

3. Fragmentasi Perhatian

Coba perhatikan kebiasaan Anda saat belajar atau bekerja. Berapa kali Anda tergoda untuk mengecek ponsel Anda, bahkan hanya untuk melihat notifikasi yang masuk? Riset menunjukkan bahwa setiap interupsi, bahkan yang singkat, membutuhkan waktu bagi otak kita untuk kembali fokus ke tugas awal. Ini disebut “biaya peralihan tugas” (task-switching cost).

0 Komentar