Sebuah penelitian dari Michigan State University menunjukkan bahwa siswa yang sering berganti antara belajar dan mengecek media sosial cenderung memiliki hasil akademik yang lebih rendah karena perhatian mereka yang terpecah-pecah.
Dampak Jangka Panjang pada Otak
Dampak dari kebiasaan ini tidak hanya bersifat sementara. Penggunaan media sosial yang berlebihan secara konsisten dapat membentuk ulang struktur dan fungsi otak kita.
Riset pencitraan otak (brain imaging) menunjukkan bahwa orang yang sangat aktif di media sosial mungkin memiliki perubahan di area otak yang bertanggung jawab untuk perhatian, konsentrasi, dan kontrol impuls.
Baca Juga:Etika Berkomentar di Media Sosial: Batas Antara Kritik dan BullyingEksperimen Sosial di Youtube: Edukasi, Hiburan, atau Eksploitasi?
Lantas, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Meskipun riset menunjukkan dampak negatif, bukan berarti kita harus sepenuhnya menjauhi media sosial. Kuncinya adalah kesadaran dan manajemen.
- Tetapkan Batasan Waktu: Gunakan fitur bawaan di ponsel Anda untuk membatasi durasi penggunaan aplikasi media sosial.
- Jadwalkan Waktu Tanpa Gangguan: Tentukan waktu di mana Anda tidak akan mengecek ponsel sama sekali, seperti saat bekerja, belajar, atau berkumpul dengan keluarga.
- Matikan Notifikasi: Notifikasi adalah “pemicu” utama yang menarik perhatian. Matikan notifikasi yang tidak penting agar Anda tidak tergoda untuk terus-menerus mengecek ponsel.
- Latihan Fokus: Latih otak Anda untuk fokus kembali. Cobalah teknik seperti metode Pomodoro, di mana Anda bekerja dengan intens selama 25 menit dan istirahat 5 menit.
Pada akhirnya, media sosial adalah alat. Sama seperti alat lainnya, dampaknya sangat bergantung pada cara kita menggunakannya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana media sosial memengaruhi otak kita, kita bisa lebih bijak mengelola kebiasaan digital kita dan mengembalikan kemampuan kita untuk fokus.(*)