Sebaliknya, hal itu bisa membuat mereka merasa bahwa kesedihan mereka tidak penting. Perasaan sedih dan duka perlu diakui dan divalidasi, bukan diabaikan.
4. Menciptakan Standar Kehidupan yang Tidak Realistis
Algoritma media sosial sering kali hanya menampilkan hal-hal yang positif dan menyenangkan. Tanpa disadari, kita membangun standar yang tidak realistis tentang bagaimana seharusnya kehidupan itu berjalan. Kita lupa bahwa di balik setiap foto yang sempurna, ada perjuangan, kegagalan, dan momen-momen sulit yang tidak pernah diposting.
Bagaimana Cara Menghadapi Toxic Positivity?
Menerima bahwa hidup tidak selalu sempurna adalah langkah awal yang penting. Kita perlu belajar untuk membedakan antara optimisme yang sehat dan positivitas beracun.
Baca Juga:Cara Menghadapi Haters di Media Sosial Tanpa Drama: Tetap Tenang, Tetap MenangPenandaan (Tagging) Tanpa Izin: Batasan Baru dalam Etika Digital
- Validasi Perasaan Sendiri: Jujurlah pada diri sendiri. Tidak apa-apa untuk merasa sedih atau marah. Akui emosi tersebut dan berikan ruang untuk diri sendiri merasakannya.
- Kurangi Perbandingan: Ingatlah bahwa apa yang kita lihat di media sosial sering kali hanyalah “sorotan” terbaik dari kehidupan seseorang. Hindari membandingkan perjuanganmu dengan “kesempurnaan” orang lain.
- Gunakan Media Sosial dengan Bijak: Jika ada akun yang membuatmu merasa tidak nyaman atau cemas, jangan ragu untuk berhenti mengikuti atau mematikan notifikasinya. Carilah komunitas daring yang mendukung dan realistis.
Pada akhirnya, kebahagiaan sejati bukanlah tentang menekan semua perasaan negatif, tetapi tentang menerima seluruh spektrum emosi manusia. Dengan mengakui bahwa hidup itu tidak sempurna, kita bisa menjadi pribadi yang lebih jujur, kuat, dan sehat secara mental.(*)