Meski terdengar keren, ada beberapa tantangan dalam menggunakan drone jenis ini:
Harga – Walaupun lebih murah dari drone profesional, drone 8K tetap dibanderol cukup tinggi dibanding drone mainan.
Regulasi – Di banyak negara, termasuk Indonesia, penggunaan drone di ruang publik harus mengikuti aturan tertentu. Misalnya, tidak boleh terbang di area bandara atau fasilitas vital tanpa izin.
Baca Juga:Realme 15 Series: Edit Foto dan Video Instan dengan AI Edit GenieOPPO F31 series: Smartphone Outdoor dengan ketahanan panas dan Baterai 7.000 mAh
Penyimpanan dan Editing – File 8K berukuran besar, sehingga butuh kartu memori, laptop, atau hard drive dengan kapasitas tinggi.
Skill – Meski lebih mudah digunakan, tetap dibutuhkan latihan agar drone bisa dikendalikan dengan aman.
Drone 8K: Untuk Siapa Sebenarnya?
Drone konsumen dengan kamera 8K sebenarnya tidak ditujukan untuk semua orang. Target utamanya adalah content creator profesional atau semi-pro yang ingin menghasilkan video premium tanpa harus membeli drone kelas industri.
Namun, bagi pengguna awam, drone dengan kamera 4K sudah cukup untuk kebutuhan dokumentasi atau konten media sosial. Membeli drone 8K hanya untuk rekaman santai bisa jadi terasa mubazir.
Drone dengan kamera 8K dan gimbal 3-axis memang menghadirkan teknologi canggih ke segmen konsumen. Fitur ini membuat siapa pun bisa menghasilkan video yang setara dengan kualitas film, meskipun tanpa pengalaman profesional.
Namun, resolusi super tinggi juga membawa konsekuensi: file besar, biaya tambahan untuk perangkat editing, serta aturan penggunaan yang ketat. Bagi content creator yang serius, drone ini adalah investasi menarik. Tetapi bagi pengguna biasa, drone resolusi lebih rendah sudah cukup memenuhi kebutuhan.
Dengan kata lain, drone 8K adalah bukti bahwa teknologi kini semakin mudah diakses, tapi tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan. Kalau tujuanmu hanya sekadar hobi, 4K sudah cukup. Tapi kalau ingin membuat karya sinematik, drone 8K bisa jadi alat yang mengubah cara kita merekam dunia dari udara.