CIREBON, RAKCER.ID – Ponsel lipat (foldable phone) adalah manifestasi paling nyata dari masa depan smartphone yang selama ini kita impikan. Mampu menyulap ponsel berukuran standar menjadi tablet mini yang produktif, lalu melipatnya kembali menjadi perangkat saku, adalah keajaiban rekayasa yang tak tertandingi.
Sejak kemunculan pionir seperti Samsung Galaxy Fold, teknologi ini telah berkembang pesat. Namun, satu tembok besar masih menghalangi teknologi futuristik ini menjadi mainstream: harganya yang fantastis.
Saat model flagship baru masih dibanderol di atas Rp25 juta, sebagian besar konsumen hanya bisa melihatnya dari jauh. Pertanyaan besarnya adalah: Kapan harga foldable phone akan terjangkau? Tren saat ini menunjukkan bahwa momen itu sudah mulai tiba, tetapi persaingan dan biaya produksi menjadi penentu utama.
Baca Juga:OPPO Find N Hadir dengan Layar Lipat 2.0: Siap Mengguncang Dominasi Galaxy Z FoldMicrosoft Surface Go 4: Tablet Mini dengan Windows 11, Solusi Kerja Ringkas di Mana Saja!
Tiga Penghalang Utama Harga Mahal
Untuk memahami kapan harga akan turun, kita harus melihat tiga pilar teknologi yang membuat foldable phone sangat mahal saat ini.
1. Biaya Produksi Layar Ultra Thin Glass (UTG)
Layar yang bisa ditekuk adalah jantung dan juga biaya tertinggi dari ponsel lipat. Layar ini menggunakan teknologi Ultra Thin Glass (UTG) yang sangat tipis dan fleksibel, dilapisi material polimer khusus.
Proses pembuatan UTG jauh lebih rumit dan memiliki tingkat kegagalan (yield rate) yang lebih tinggi daripada panel OLED standar. Setiap produsen layar (seperti Samsung Display atau BOE) masih memiliki paten dan kontrol ketat atas teknologi ini.
Sampai volume produksi massal meningkat drastis dan teknologi hinge (engsel) menjadi lebih sederhana dan standar, biaya panel lipat akan tetap menjadi beban utama harga jual.
2. Kompleksitas Engsel (Hinge)
Engsel adalah mekanik rumit yang harus bekerja sempurna ribuan kali tanpa merusak layar. Engsel modern tidak hanya bertugas melipat, tetapi juga harus meminimalisasi lipatan (crease) yang terlihat pada layar.
Pengembangan engsel bebas celah (gapless hinge) membutuhkan material presisi tinggi (seperti paduan logam cair) dan desain yang cermat. Biaya R&D (riset dan pengembangan) yang dihabiskan untuk menyempurnakan engsel ini dibebankan langsung ke harga konsumen.