2 Remaja WNA asal Taiwan “Berkeliaran” di Desa Putridalem, Ternyata Ini yang Mereka Lakukan

2 remaja WNA asal Taiwan
WARGA ASING. 2 remaja WNA asal Taiwan, Yi Pei Lee dan Keting Chen memberikan pelatihan untuk warga blok Kaputren Desa Putridalem Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. rakcer.id/hasanudin
0 Komentar

RAKCER.ID – 2 remaja WNA asal Taiwan melatih keterampilan mantan buruh migran di blok Kaputren Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka.
2 remaja WNA asal Taiwan, Yi Pei Lee dan Keting Chen melatih warga untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada agar bermanfaat dan menghasilkan.
Para mantan pekerja migran yang pernah bekerja di Arab Saudi, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, Jepang hingga sejumlah negara Eropa tersebut cukup antusias mengikuti pelatihan.
Mereka tidak terkendala bahasa walaupun instruktur menggunakan bahasa Inggris, Guoyu, atau Mandarin.
Salah satu materi pelatihan adalah memanfaatkan tanah liat untuk dijadikan aneka barang berharga yang memiliki nilai seni dan ekonomi.
“Masyarakat sudah tahu kalau tanah lempung (tanah liat) bisa dijadikan keramik, bisa dijadikan piring, asbak, mangkuk, sendok dan sebagainya. Hanya mereka tidak mengetahui bagaimana mengolahnya agar bisa berkualitas,” sebut Yi Pei Lee.
Dia berupaya membimbing masyarakat membuat kerajinan. Mereka mengajak masyarakat untuk membuat semen bata sebagai campurannya serta abu sekam.
“Yang penting mereka diajak dulu sebagai dasar bagaimana mencampur semen bata dan tanah serta abu, kalau hanya tanah tidak akan kuat atau jika hanya dicampur abu sekam,” sebutnya.
Selain itu masyarakat juga diajari mengolah air yang melimpah dari Sungai Cimanuk, agar masyarakat tidak harus terus memanfaatkan air bawah tanah.
Yi Pei Lee dan Keting Chen mengajak masyarakat bereksperimen menyaring air sungai menjadi air bersih dengan berbagai cara.
Diantaranya air keruh yang disaring menggunakan daun kering, bubuk arang, tanah lempung, kain bekas, bata merah, sampah bambu, sampah daun pisang hingga sabut kelapa dan bulu domba.
Caranya, air dimasukkan ke dalam ruas bambu yang telah berisi saringan dari arang, lempung, bata merah dan yang lainnya.
Air diendapkan selama beberapa menit, setelah itu airnya keluar dari ruas bambu bagian bawah yang telah dilubangi. Mereka diminta membandingkan mana air saringan yang paling jernih.
“Semua orang bisa mengolah air kotor atau air sungai menjadi bersih dengan teknologi yang sangat sederhana. Tidak perlu alat canggih, karena bisa memanfaatkan sumber di sekitar masyarakat itu sendiri,” sebut Keting Chen.

0 Komentar