RAKYATCIREBON.ID – Dalam salah satu lawatannya ke Kota Kuda, Wakil Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan mengunjungi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Kuningan untuk mengisi kuliah umum, Kamis (10/3). Di STKIP Muhammadiyah, Ketua Umum PAN itu membicarakan seputar wawasan kebangsaan dan pentingnya berada pada Islam garis tengah, atau Islam moderat.
Dihadapan ratusan mahasiswa, Zullhas sapaan akrabnya, menyoroti adanya kecenderungan sebagian kalangan yang mencoba membentur-benturkan negara dengan agama, menyoal kembali Pancasila sebagai ideologi bangsa kita. “Saya kira ini perlu kita sikapi bersama. Dalam konsep Indonesia, agama dan negara sama sekali tidak bertentangan. Pikiran untuk menjadikan Indonesia sebagai negara agama atau menawarkan konsep khilafah internasional, adalah pikiran yang usang dan tak menghargai sejarah panjang pendirian bangsa ini,” kata Zulhas.
Menurut Zulhas, polarisasi politik dan agama tidak boleh mengarah pada upaya-upaya mengganti format bernegara. Bangunan konsep bernegara sudah final, Indonesia adalah negara yang beragam dan menghormati keberagaman. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi bersepakat menjadi tunggal ’ika’, yang satu itu, yakni Indonesia. Selain sumber daya alam yang melimpah, modal terbesar kita sebagai bangsa adalah keberagaman.
Baca Juga:12 Kades di Palasah Jalani Tes UrineAction Asah Kemampuan dan Kreativitas Santri
“Indonesia didirikan di atas rasa persatuan yang mengikat beraneka suku dengan berbagai perbedaan agama, ras dan kepentingan antargolongan. Dengan rasa persatuan itulah dulu para founding fathers and mothers kita membayangkan negeri ini sebagai tanah air yang satu dan bangsa yang satu, yang memiliki bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Maka, keberagaman bangsa Indonesia merupakan fitrah yang harus kita syukuri bersama,” ujarnya.
Dijelaskan Zulhas, tidak ada pilihan lain, bagi negara dengan keberagaman yang sangat kompleks seperti Indonesia, persatuan harus dirajut. Dalam kerangka itulah para founding fathers and mothers kita menyepakati bersama Pancasila dan UUD 1945 sebagai konsensus bernegara.
“Melihat konteks sosial-politik Indonesia hari ini, saya merasa spirit Islam Tengah harus kita perkuat kembali. Aktor-aktor politik kebangsaan Islam harus berpegang teguh pada nilai-nilai ini dan menghindarkan diri dari godaan ideologi-ideologi transnasional Islam yang mencoba menawarkan konsep khilafah. Khilafah kita justru adalah Pancasila itu, karena Indonesia adalah darul ‘ahdi wasy-syahadah. Bagi saya, spirit Islam Tengah ini harus kita jadikan fondasi dan kita aktualisasikan kembali dalam tatanan kehidupan sosial kita hari ini,” paparnya.