Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggelar inaugurasi atau wisuda 1.249 peserta Program Petani Milenial di Auditorium Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamis (24/3). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut para milenial tersebut sebagai pejuang dan perintis. Karena berhasil lolos dari program tahun awal yang penuh dinamika.
RAKYATCIREBON.ID – Sebanyak 300 petani milenial hadir langsung dan sisanya mengikuti secara online. Wisuda dipimpin langsung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil didampingi Rektor IPB Arif Satria dan para kepala organisasi perangkat daerah (OPD) pembina Program Petani Milenial.
“Kalian semua pejuang, perintis!” sapa Ridwan Kamil kepada para petani dalam acara Kick Andy di lokasi yang sama.
Baca Juga:IAIN Cirebon dan Unisa Sepakat KolaborasiTuding Disperdagin Tak Becus Kerja
Ridwan Kamil mengemukakan alasan kenapa menyapa petani sebagai pejuang. Karena program Petani Milenial ini bukan program “karpet merah”. Ia mengibaratkan seperti hiking ke puncak gunung.
“Naik ke puncak gunung kan ada yang lelah terus mundur. Yang haus istirahat, ada yang salah jalur, ada yang pingsan, dan lainnya. Tetapi 1.249 petani inilah yang berhasil lolos dari tantangan semua itu,” katanya bangga.
Program Petani Milenial ini merupakan jalan panjang menuju tahun 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka. Ke depan, dengan konsep Petani Milenial, petani ini akan menjadi gaya hidup. “Akan naik jadi 70 persen, sudah ada success story. Tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia,” ujarnya.
“Jangan patah semangat. Kami akan terus membersamai petani. Jika tidak ada tanahnya, kita carikan. Kalau ada tanah, kita kasih modal. Alatnya kita fasilitasi,” ujarnya menyemangati.
Pihaknya akan terus memperbaiki dan menyempurnakan program Petani Milenial hingga generasi berikutnya bisa merasakan kelancaran dari usahanya dibandingkan generasi pertama yang penuh dinamika ini.
Ridwan Kamil menjelaskan, program Petani Milenial berawal dari hasil kajian terhadap data yang memprihatinkan di Jawa Barat. Ia menemukan fakta jika anak-anak muda saat ini, tidak mau menjadi petani dengan alasan petani berkecenderungan miskin.
“Dari 3,2 juta petani di Jawa Barat, usia di bawah 40 tahun berjumlah 29 persen. Artinya, 71 persen lansia atau sepuh. Jika tidak ada gagasan baru, maka masa depan Indonesia akan mengalami krisis. Masa depan itulah yang ingin kita hindari,” tegasnya.