CIREBON, RAKCER.ID– Pada Sabtu, 7/10 organisasi teroris Hamas mengaku telah menyerang Israel dengan ribuan roket.
Akibat serangan tersebut, kini diketahui ratusan orang tewas dan serangan terus terjadi di Gaza antara militan Hamas dan pasukan militer Israel.
Sejak itu banyak orang yang bertanya Tanya siapa sebenarnya pasukan hamas ini, dan mengapa mereka menyerang Israel secara mendadak.
Baca Juga:Lee Sang Yeob Umumkan akan Menikah dengan Non Selebriti Maret 2024 Mendatang5 Member PENTAGON Resmi Tinggalkan CUBE Entertainment, Isyarat akan Bubar?
Mengenal Hamas
Penduduk Zionis (Yahudi) di wilayah tersebut ditentang oleh Hamas, sebuah organisasi gerakan Islam dan nasionalis Palestina yang menguasai Jalur Gaza.
Istilah Hamas sebenarnya merupakan akronim dari Gerakan Perlawanan Islam atau Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah.
Dalam bahasa Arab, kata “Hamas” juga berarti pengabdian dan semangat untuk tujuan Allah.
Demi membebaskan Palestina dari penindasan Israel dan membangun negara Islam di wilayah yang sekarang menjadi Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza, Sheikh Ahmed Yassin mendirikan organisasi ini pada 14 Desember 1987.
Setelah memperoleh mayoritas kursi di parlemen Palestina pada pemilihan parlemen tahun 2006 dan mengalahkan kelompok politik “Fatah” dalam serangkaian konflik, Hamas telah memimpin Jalur Gaza sejak tahun 2007.
Israel dan sebagian besar negara Barat, termasuk Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan seluruh Uni Eropa, telah menyatakan Hamas sebagai organisasi teroris.
Namun kelompok lain benar-benar menganggap Hamas sebagai otoritas sah di wilayah tersebut.
Baca Juga:Jessica Mila Gelar Gender Reveal Calon Anak Pertamanya dengan Yakup HasibuanInnalillahi, Isyana Sarasvati Alami Keguguran Anak Pertamanya
Ini termasuk Iran, salah satu pendukung utama organisasi tersebut, dan organisasi Islam Syiah Lebanon, Hizbullah.
Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer gerakan ini, dibentuk sebagai pertumbuhan Ikhwanul Muslimin di Mesir, tempat gerakan ini bermula.
Organisasi ini didirikan dengan tujuan melancarkan kampanye militer melawan Israel guna membebaskan Palestina.
Selain itu, mereka memberikan inisiatif kesejahteraan sosial kepada warga Palestina yang menjadi pengungsi di bawah pemerintahan Israel.
Berbeda dengan PLO yang mengakui keberadaan Negara Yahudi, secara teori Hamas tidak mengakui Israel sebagai negara berdaulat.
Hamas menyetujui negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967.
Khaled Meshaal, ketua kelompok Palestina yang menjadi sorotan pada tahun 2017, menyatakan, “Kami tidak akan menyerahkan satu inci pun tanah air Palestina, terlepas dari tekanan yang ada saat ini dan terlepas dari lamanya pendudukan.”