Musim Kemarau Diprediksi Mei-Juni, Tetap Waspada Cuaca Ekstrem

Musim Kemarau
WASPADA. Prakirawan BMKG Kertajati menunjukkan pengamatan dan mengimbau masyarakat waspada cuaca ekstrem menjelang musim kemarau. rekcer.id

RAKCER.IDKabupaten Majalengka belum akan mengalami musim kemarau hingga April 2023 nanti. Saat ini diperkirakan masih berada di akhir musim hujan atau pancaroba.

Hal itu membuat warga tetap diminta waspada untuk cuaca ekstrem seperti hujan lebat dengan durasi pendek disertai potensi angin kencang dan petir, sampai menghadapi masalah lain di musim kemarau.

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kertajati Majalengka, Ahmad Faa Izyin mengatakan, Majalengka baru akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei dan Juni 2023 nanti.

Baca JugaPasca Putusan Pengadilan, Ke Mana Barang Rampasan Negara yang Dititipkan di Rupbasan?Tingkatkan Kompetensi APIP, Inspektorat Kuningan Gelar Kelas Kompetensi Martadinata

Dimulai dari wilayah Majalengka bagian tengah dan selatan, perkiraan musim kemarau akan lebih dulu datang di wilayah tersebut pada bulan Mei atau Mei dasarian I.

Wilayah Majalengka tengah dan selatan tersebut meliputi Majalengka, Panyingkiran Cigasong dan bagian selatan meliputi Cikijing, Malausma, Cingambul, Bantarujeg dan Lemahsugih.

Baca JugaBagaimana Cara Chat Otomatis di WhatsApp, Wajib Coba 4 Langkah Ini !Mobil Maskara Cangkingan Datang Langsung Diserbu Pelajar

“Mei dasarian I itu dari tanggal 1 sampai 10,” ujar Faiz, sapaan akrabnya, Selasa 14 Maret 2023.

Sedangkan Majalengka utara termasuk yang paling akhir memasuki kemarau. Bersamanya adalah Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya dan sekitarnya.

“Daerah itu akan mendapatkan musim kemarau pada awal bulan Juni atau Juni dasarian I dari tanggal 1 hingga 10,” ucapnya.

Baca JugaWakapolres Majalengka Mutasi ke Polda Jabar, Kapolres: Semoga Sespimnya LancarSamsung Galaxy S22 Ultra, HP Rasa IPad

Sementara untuk saat ini, hujan disertai angin kencang dan petir masih akan terjadi. Bahkan jika hujan deras terjadi, kemungkinan akan berdampak terhadap suhu udara yang lebih dingin dan kelembaban udara mencapai 100 persen.

“Hal ini menyebabkan kondisi suhu lebih dingin dan kelembaban udara mencapai maksimal 100 persen, serta didukung kondisi angin yang tenang saat malam sampai pagi hari. Maka terjadilah kabut,” jelas dia. (hsn)

 

Kirim Komentar