RAKYATCIREBON.ID – Seragam putih bagian atas dan celana biru tua menunjukkan mereka masih duduk di kelas sekolah menengah pertama. Mereka berlima, ada di sudut sawah di bawah pohon mahoni yang rindang. Sawah itu terbelah jalan beraspal hotmix, namun lalu lintas kendaraan tampak sepi.
Jam menunjukkan pukul 11.15 WIB. Ketika menyapa mereka, pelajaran di sekolah sudah selesai hari itu. Tapi mereka berlima memutuskan untuk tidak dulu pulang ke rumah.
“Bosan kalau di rumah. Paling nanti setelah Dzuhur, barulah kami pulang,” ujar satu anak yang biasa disapa si gembul menjawab pertanyaan, Kamis, 17 Maret 2022.
Baca Juga:Ridwan Kamil: Pemda Cari Cara Jaga Harga dan Stok Kebutuhan PokokKomitmen Komisi II Tingkatkan PAD
Area sawah itu tidak begitu jauh dari pusat kota Majalengka. Mereka sedang asyik mengisap rokok. Si gembul dengan perawakan lebih besar daripada empat anak pelajar lainnya, terlihat lebih mendominasi. Bungkus rokok berlabel merek tertentu dipegang tangan kirinya. Rokok itu bukan kretek tapi berfilter.
“Iseng saja Kak, kami merokok karena untuk gaya saja, meniru ayah dan guru,” ujar anak lainnya dengan perawakan kurus.
Obrolan terus mengalir seputar pandemi Covid-19 yang lebih banyak belajar daringnya.
“Tapi sekarang sudah mendingan. Tidak daring lagi. Tapi jadi lebih cepat pulang, kami senang,” ucap anak lainnya berinisial IN, 14 tahun.
Obrolan berlanjut ke soal bagaimana mereka memulai merokok awal mulanya, serta ketertarikan mereka, mulai mencoba merokok di luar area sekolah. Juga tidak merokok di sekitar rumah atau tempat tinggal mereka.
“Kami tidak merokok di area sekolah. Kalau ketahuan, kami pasti dihukum,” anak lain yang memakai topi khas SMP menjawab.
Permulaan mereka merokok sebetulnya iseng saja. Hanya mengisi waktu luang sambil ngopi dan jajan es kelapa muda. Kata mereka, asyik saja merokok, terlihat keren seperti orang dewasa.
Baca Juga:Produk Pesantren dan UMKM Jawa Barat Dipamerkan di Mandalika, Sejumlah produk ludes terjualTim Integrated Lakukan Inspeksi di Titik Kebocoran
“Lah, guru-guru kami sebagian ada yang merokok. Ayah saya pun merokok. Ternyata asyik juga,” ujar si gembul.
Gembul mengaku sering melihat bilboard yang memuat iklan rokok di lingkungan tempat dia sekolah. Malah ketika bermain di tempat umum, dia sering melihatnya.
Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebut, proporsi perokok di atas 15 tahun sebesar 36,3 persen. Lebih tinggi dari data Riskesdas 2007 sebesar 34,2 persen dan Riskesdas 2010 sebesar 34,7 persen.