CIREBON, RAKCER.ID – Dalam penyebaran Agama Islam di Nusantara memiliki kisah yang unik dan menginspirasi, dan ini tidak lepas dari peran sentral sembilan tokoh yang lebih dikenal sebagai Walisongo.
Para Walisongo adalah para ulama yang melakukan penyebaran agama Islam di bumi Nusantara, yang telah lama dihormati dan diakui oleh masyarakat sebagai waliyullah, yaitu individu yang sangat dicintai oleh Allah.
Mereka tidak hanya ulama yang sangat berpengetahuan, tetapi juga para pengamal tasawuf yang mendalam.
Baca Juga:Para Walisongo Dalam Proses Jembatan antara Budaya Di Sejarah Nusantara Melalui Pendekatan Islam RamahAgama, Identitas, dan Keharmonian Dalam Sejarah Penyebaran Islam oleh Walisongo
Ajaran Tasawuf Dalam Proses Penyebaran Agama Islam Oleh Walisongo
Keahlian keagamaan mereka tidak terbatas pada aspek fiqhiyyah saja, melainkan mencakup berbagai dimensi spiritualitas.
Mereka adalah figur yang mampu memadukan pengetahuan agama dengan pemahaman mendalam tentang aspek-aspek spiritual dalam Islam.
Pendekatan yang mereka terapkan dalam penyebaran agama Islam tidaklah kaku atau terbatas pada hukum-hukum syariat semata.
Mereka menggunakan pemahaman irfani-sufistik (spiritual-mistik) untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam secara bijak dalam kehidupan masyarakat Nusantara.
Dengan demikian, pesan-pesan agama Islam tidak hanya disampaikan dengan kata-kata, tetapi juga melalui pengalaman spiritual yang mendalam.
Pendekatan tasawuf yang mereka anut memungkinkan para Sunan (gelar yang sering diberikan kepada Walisongo) untuk mengajar ajaran-ajaran agama Islam dengan lebih lembut dan terbuka.
Mereka tidak hanya fokus pada aspek hukum (syariat), tetapi juga pada dimensi tasawuf dan hakikat (spiritualitas). Hal ini menciptakan pendekatan yang lebih holistik dalam penyampaian ajaran agama Islam.
Baca Juga:Cara Mudah Membuat Enoki Krispi yang Lezat dan Sehat untuk Si KecilTahu Egg Roll, Resep Gurih dan Cara Mudah Mengolahnya di Rumah
Terkait dengan praktek tasawuf, para Walisongo mengajarkan pentingnya murid belajar dari seorang mursyid thariqah.
Dengan mengambil baiat thariqah, seorang murid menerima bimbingan langsung dari seorang mursyid yang memiliki sanad (rantai sanad) yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ini adalah bagian integral dari tradisi tasawuf di mana seorang murid mengikuti jejak spiritual seorang guru yang telah mencapai pemahaman mendalam tentang ajaran-ajaran Islam.
Manuskrip-manuskrip kuno seperti Kitab Sunan Bonang, Suluk Wujil, dan Serat Lokajaya mengandung banyak ajaran tasawuf yang diwariskan oleh para Sunan kepada murid-murid mereka.
Manuskrip-manuskrip kitab tasawuf lainnya, seperti al-Hikam Ibnu Athaillah dan Kitab Tuhfatul Mursalah Syekh Al-Burhanfuri yang ditulis dengan aksara bahasa Nusantara, juga menguatkan bahwa ajaran tasawuf memainkan peran signifikan dalam kehidupan masyarakat Nusantara.