RAKCER.ID – Persebaran sampah di Kabupaten Cirebon cukup banyak. Per harinya mencapai 1.250 kilogram. Sementara yang bisa ditangani Dinas Lingkungan Hidup (DLH) baru sebanyak 250 kg saja per harinya.
Hal itu disampaikan Kabid Peningkatan Kapasitas dan Pemulihan Lingkungan DLH Kabupaten Cirebon, Fifi Erneti SSos. Menurutnya, setiap orang per harinya menghasilkan setengah kilogram sampah. Data di tahun 2022, total sampah per hari se-Kabupaten Cirebon berkisar 1.250 kg.
“Yang bisa ditangani baru 250 kg, di TPA Gunung Santri. Sisanya belum tergarap,” kata Fifi kepada Rakcer.Id, usai menyelenggarakan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia tingkat Kabupaten Cirebon, Senin (3/7/2023).
Baca Juga:Masih Garap Skripsi, Rizal Rahmandika Coba Peruntungan Jadi Caleg PAN, Ingin Benahi Kabupaten CirebonCURHAT YA! Pemerintah Kabupaten Cirebon Kekurangan Pegawai, Tiap Tahun Banyak yang Hilang
Hal itu bukan tanpa sebab. Karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki saat ini. Baik dari segi SDM-nya, alatnya maupun anggarannya. Maka, masyarakat diimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan dan menerapkan pola 3R yakni Reuse, Reduce dan Recyle.
Dengan cara begitu, tutur Fifi, sampah menjadi berkurang dibuang ke TPA. Supaya beban TPA tidak terlalu berat. Menurutnya, ada dua kriteria besar. Sampah basah dan kering. Sampah kering terdiri dari sampah plastik bernilai ekonomi tinggi. Itu yang bisa di-recycle atau reduse.
Kemudian sampah kering yang bisa terurai. Yakni plastik yang tidak bernilai ekonomi tinggi, didaur ulang. Yang tidak bisa diolah, dibuang ke TPA. Sehingga hanya sedikit yang nanti dibuang ke TPA.
Sementara untuk sampah basah yakni sampah organik. Ada beberapa alternatif untuk penanganannya. Pertama, sampah tersebut dijadikan pakan ternak. Kemudian untuk sampah organik, seperti sisa sayuran atau kulit buah-buahan, atau daun-daun bisa dijadikan untuk pembuatan kompos.
“Tinggal kita masukan ke dalam alat komposter sampai terurai menjadi kompos. Dan itu bisa kita manfaatkan untuk pupuk tanaman,” katanya.
Ada juga pencanangan menanam kembali. Untuk menciptakan suasana lebih asri. Jika cara menanam kembali dilakukan secara konsisten oleh masyarakat, maka akan mengurangi persoalan sampah di Kabupaten Cirebon.
“Kita berada di pantura, daerah panas. Perbanyak tanaman hijau untuk mengurangi emisi CO2 memperbanyak produksi O2 dan diperkenankan menanam buah-buahan supaya memiliki nilai ekonomi untuk memperbaiki gizi keluarga dan memperbaiki ekonomi keluarga,” terang dia. (*)