CIREBON, RAKCER.ID – Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Meta, perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dan kontroversial di dunia teknologi. Zuckerberg memiliki visi untuk menciptakan “metaverse”, yaitu sebuah dunia digital yang terhubung dengan dunia nyata, di mana orang-orang dapat berinteraksi, bermain, belajar, bekerja, dan berbagi dalam berbagai cara.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Zuckerberg membutuhkan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang canggih dan inovatif, yang dapat menciptakan dan mempengaruhi pengalaman realitas virtual (VR) dan realitas campuran (MR) bagi penggunanya.
Namun, visi Zuckerberg tidak selaras dengan visi Uni Eropa (UE), yang merupakan salah satu kawasan terdepan dalam mengatur dan mengawasi pengembangan dan penggunaan AI.
Baca Juga:Meta dan Mark Zuckerberg Tidak Boleh Membentuk Era Baru KemanusiaanMenakutkan! Mark Zuckerberg Ingin Buat AI setara Manusia, Para Ahli Khawatir
UE telah mengusulkan aturan-aturan yang bertujuan untuk melindungi warga dan nilai-nilai Eropa dari bahaya dan dampak negatif AI, terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia, demokrasi, dan keadilan sosial.
Aturan-aturan tersebut mencakup larangan penggunaan AI dalam pengawasan biometrik, persyaratan untuk sistem AI generatif seperti ChatGPT untuk mengungkapkan konten yang dihasilkan oleh AI, dan kewajiban untuk melakukan penilaian dampak hak asasi manusia dan lingkungan untuk sistem AI berisiko tinggi.
Zuckerberg, yang telah terlibat dalam berbagai skandal dan kontroversi yang menunjukkan bahwa Meta tidak peduli dengan kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan penggunanya, serta mengancam demokrasi, hak asasi manusia, dan keadilan sosial, tidak setuju dengan aturan-aturan UE tersebut.
Zuckerberg menantang UE untuk tidak menghambat inovasi dan pertumbuhan AI, serta mengklaim bahwa Meta adalah perusahaan yang paling cocok untuk membangun dan mengelola metaverse.
Zuckerberg juga mengajak UE untuk bekerja sama dengan Meta dalam menentukan standar global untuk AI, dengan mengacu pada model Amerika Serikat, yang lebih fleksibel dan liberal.
Apakah tantangan Zuckerberg kepada UE merupakan tindakan yang berani atau bodoh? Jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada perspektif dan sudut pandang yang kita gunakan.
Berikut adalah beberapa kemungkinan jawaban:
Dari perspektif Zuckerberg dan Meta, tantangan tersebut mungkin dianggap sebagai tindakan yang berani, karena menunjukkan bahwa mereka tidak takut untuk bersaing dan berkonflik dengan UE, yang merupakan salah satu kekuatan politik dan ekonomi terbesar di dunia.