CIREBON,RAKCER.ID – Hujan di Surabaya merupakan fenomena yang sering terjadi, terutama selama musim hujan.
Penyebab utama hujan di kota ini berkaitan erat dengan kondisi atmosfer dan faktor geografis yang mempengaruhi cuaca.
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa penyebab hujan di Surabaya yang dapat dijelaskan melalui beberapa aspek penting.
Simak Ulasan Legkap Tentang Hujan di Surabaya
1. Ketidakstabilan Atmosfer
Baca Juga:Mengenal Sejarah Hari Ayah 2024 yang Penuh Kasih SayangBanyak Diskon ! Karena Tren dan Perayaan Hari Jomblo di Tahun 2024
Ketidakstabilan atmosfer adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan hujan di Surabaya. Ketika udara hangat dan lembap naik, ia akan mendingin dan mengembun, membentuk awan.
Jika kondisi ini berlangsung cukup lama, awan akan berkembang menjadi awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan lebat.
BMKG Juanda sering mengamati ketidakstabilan ini, terutama saat terjadi perubahan cuaca yang signifikan.
2. Pengaruh Geografis
Surabaya terletak di pesisir utara Pulau Jawa, yang membuatnya rentan terhadap pengaruh angin laut.
Angin yang membawa uap air dari laut akan bertemu dengan udara yang lebih dingin di daratan, menyebabkan kondensasi dan pembentukan awan.
Selain itu, keberadaan pegunungan di sekitar Surabaya juga berperan dalam meningkatkan curah hujan, karena udara yang naik di atas pegunungan akan mendingin dan menghasilkan hujan.
3. Fenomena El Niño dan La Niña
Fenomena El Niño dan La Niña juga mempengaruhi pola cuaca di Surabaya. Selama El Niño, biasanya terjadi penurunan curah hujan, sedangkan La Niña dapat menyebabkan peningkatan curah hujan.
Baca Juga:Gen Z Wajib Tahu ! Sejarah dan Asal Usul Hari JombloKegiatan Peringatan Hari Pahlawan: Menghormati Jasa Para Pahlawan
Kedua fenomena ini mempengaruhi suhu permukaan laut dan pola angin, yang pada gilirannya berdampak pada kondisi atmosfer di wilayah Jawa Timur.
4. Musim Hujan dan Musim Kemarau
Surabaya mengalami dua musim utama, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya berlangsung dari bulan November hingga Maret, di mana curah hujan meningkat secara signifikan. Selama periode ini, kondisi atmosfer lebih mendukung pembentukan awan hujan.
Sebaliknya, pada musim kemarau, curah hujan cenderung menurun, meskipun hujan sporadis masih dapat terjadi akibat ketidakstabilan lokal.