“Gus Dur bukan hanya seorang Muslim, bukan sekadar tokoh Nahdlatul Ulama (NU), bukan hanya orang Jawa, bukan hanya agamawan atau seniman. Gus Dur adalah semuanya. Dan satu yang diperjuangkannya adalah kemanusiaan,” tegas KH. Marzuki.
Ia juga mengutip pertanyaan reflektif yang sering diajukan Gus Dur, “Agama untuk manusia, atau manusia untuk agama?” Menurutnya, pertanyaan ini menjadi inti dari perjuangan Gus Dur dalam membela hak-hak mereka yang diperlakukan tidak adil.
KH. Marzuki juga membacakan bait puisi yang menggambarkan keteladanan Gus Dur: “Obat mujarabnya ada pada lisan dan hatimu, Gus.” Puisi ini menggambarkan bahwa kebesaran Gus Dur bukan hanya terletak pada pemikirannya, tetapi juga pada ketulusan hatinya dalam memperjuangkan keadilan.
Baca Juga:Bukan Hanya Manis! 5 Fakta Menarik Tentang Cokelat di Hari ValentineCantik Instan & Sehat? Simak Keunggulan Makeup Hybrid Ini!
Peringatan Haul Gus Dur ke-15 ini kembali menegaskan bahwa nilai-nilai yang diperjuangkannya tetap relevan dalam menghadapi tantangan sosial, politik, dan lingkungan yang semakin kompleks.
Meneladani Gus Dur berarti terus menyuarakan keadilan bagi semua manusia tanpa memandang perbedaan, serta turut menjaga kelestarian lingkungan demi masa depan yang lebih baik. Nilai-nilai keberagaman, kemanusiaan, dan keadilan yang diwariskannya akan terus menjadi inspirasi dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan.