CIREBON,RAKCER.ID – Pasar saham Amerika Serikat kembali menunjukkan kekuatannya setelah indeks S&P 500 resmi menembus level 6.000, level tertinggi sejak Februari lalu.
Indeks tersebut naik sebesar 27,40 poin atau sekitar 0,46% dalam satu hari perdagangan, mencerminkan optimisme investor terhadap stabilitas ekonomi dan kinerja perusahaan-perusahaan besar AS.
Simak ulasan lengkap tentang S&P 500 Tembus 6.000
Namun, berbanding terbalik dengan pasar saham, Bitcoin (BTC) justru mengalami penurunan.
Baca Juga:Trump Akhiri Hubungan dengan Elon Musk, Saham Tesla Langsung Anjlok 14%Hong Kong Bersiap Legalkan Perdagangan Derivatif Kripto untuk Investor Profesional
Mata uang kripto terbesar di dunia itu turun 2,9% dan kini diperdagangkan di kisaran US$101.900, memperpanjang tren volatilitasnya dalam beberapa minggu terakhir.
Tekanan pada Bitcoin turut menyeret pasar kripto secara keseluruhan. Kapitalisasi pasar kripto global kini berada di angka US$2,02 triliun, turun sebesar 2,9%.
Volume perdagangan dalam 24 jam terakhir tercatat sebesar US$42,18 miliar, menandakan adanya aksi ambil untung (profit-taking) dan kemungkinan perpindahan dana ke aset-aset yang dianggap lebih stabil seperti saham.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan di kalangan investor: apakah pasar kripto tengah memasuki fase koreksi sehat atau justru mulai kehilangan momentumnya?
Beberapa analis menilai pergerakan ini sebagai rebalancing portofolio menjelang kebijakan suku bunga baru dari The Fed, sementara yang lain melihat penurunan BTC sebagai reaksi normal terhadap lonjakan sebelumnya yang terlalu cepat.
Meski arah pergerakan jangka pendek masih belum pasti, data menunjukkan bahwa kedua pasar saham dan kripto kian terhubung, namun tetap punya dinamika berbeda. (*)