FOMO juga bisa memicu rasa rendah diri, kelelahan emosional, dan kecemasan sosial.Ketika semua orang terlihat “bahagia” di dunia maya, muncul pikiran: Kenapa hidupku nggak seindah itu?Padahal, yang ditampilkan di media sosial seringkali hanya sisi terbaik dari seseorang, bukan seluruh kisah hidupnya.
Lebih parah lagi, beberapa riset menyebutkan bahwa FOMO berkaitan langsung dengan peningkatan insomnia dan stres digital.Otak terus aktif bahkan saat tubuh ingin beristirahat, karena ada rasa “takut ketinggalan sesuatu” jika tidak membuka ponsel.
Cara Menghadapi FOMO di Dunia Serba Online
Untungnya, ada beberapa langkah sederhana buat kamu yang ingin keluar dari jebakan FOMO tanpa harus benar-benar “hilang dari dunia maya”:
Baca Juga:Overthinking Jadi Tren Baru? Fenomena Mental Anak Muda 2025Smart Home 2025: Rumah Pintar, Hidup Semakin Nyaman dan Efisien
Sadari Kalau Kamu Nggak Harus Selalu Update.Dunia tetap berjalan walau kamu nggak posting setiap hari. Hidup kamu tetap berarti meskipun nggak viral.
- Kurangi Perbandingan Sosial.Setiap orang punya waktu dan jalan masing-masing. Fokus pada kemajuan diri sendiri, bukan pencapaian orang lain.
- Batasi Waktu Main Sosial Media.Banyak aplikasi yang sekarang punya fitur screen time. Gunakan itu buat jaga keseimbangan digital dan kesehatan mental.
- Nikmati Momen Secara Nyata.Daripada sibuk dokumentasi, coba rasakan pengalamanmu secara langsung.Nggak semua hal harus diunggah — beberapa hal cukup disimpan untuk diri sendiri.
- Ubah FOMO jadi JOMO (Joy of Missing Out).Belajar menikmati waktu sendiri tanpa rasa bersalah. Kadang yang kita butuhkan bukan update terbaru, tapi ketenangan batin.
FOMO di Dunia Nyata dan Digital
Uniknya, FOMO nggak cuma muncul di dunia maya.Banyak orang yang juga merasa tertinggal di dunia nyata — saat melihat teman-teman punya karier lebih stabil, menikah lebih cepat, atau punya pencapaian tertentu.Rasa tidak puas ini akhirnya mendorong kita untuk terus berlari tanpa arah, mencoba mengejar “standar kebahagiaan” yang dibuat orang lain.
Tapi hidup bukan kompetisi.Dan sering kali, orang yang tampak paling bahagia di luar justru sedang berjuang keras di dalam dirinya.Menyadari hal itu bisa jadi langkah pertama buat berdamai dengan diri sendiri.
