335 Titik Tanggul di Sungai Cimanuk-Sianggarung Kritis, Rawan Bencana

335 Titik Tanggul di Sungai Cimanuk-Sianggarung Kritis, Rawan Bencana
TITIK KRITIS. Kepala BBWS Cimancis, Dr Ismail Widadi ST MSc mengatakan, temuan terbaru ada 335 titik kritis berupa tanggul rawan jebol. Pihaknya terus memantau dan bereaksi terhadap titik kritis tersebut. FOTO: SUWANDI/RAKYAT CIREBON
0 Komentar

RAKYATCIREBON.ID – Di musim hujan, volume air yang mengalir di Sungai Cimanuk dan Sungai Cisanggarung beserta anak sungainya, meningkat drastis. Hal itu memicu munculnya titik kritis rawan bencana imbas daya rusak air.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung (Cimancis), Dr Ismail Widadi ST MSc mengatakan, temuan terbaru ada 335 titik kritis berupa tanggul rawan jebol. Pihaknya terus memantau dan bereaksi terhadap titik kritis tersebut.

“Ini sekarang kita lebih pro aktif. Kita identifikasi titik kritisnya, dan kita hitung masing-masing kebutuhan di titik kritis,” ujarnya kepada Rakyat Cirebon.

Baca Juga:Jatuh Hati Sejak 32 Tahun Lalu, Baru Bisa Menikahi ketika Sudah PensiunTak Punya Lahan? Ini Solusi dari DKPPP Cocok Tanam di Lahan Terbatas

Jumlah titik kritis sangat dinamis. Tergantung pada kejadian alam. Bisa berkurang karena selesai ditangani. Dalam waktu dekat bisa bertambah lagi karena daya rusak air.

“Di Kabupaten Cirebon ada 129. Di Kota Cirebon ada 10. Majalengka ada 49 titik. Di Kuningan ada 32 titik. Kemudian di Sumedang, Garut itu juga ada 10 titik. Ada 335 titik yang sampai hari ini. Kita mengatasi tapi ada tambahan titik kritis,” kata dia.

Mengantisipasi potensi banjir akibat titik kritis, Ismail menjelaskan, BBWS Cimancis menggulirkan program Manajemen Alokasi Sebaran Bronjong (Mas Bro). Melalui program ini, material pencegah banjir dapat lebih optimal dialokasikan.

Pasalnya, ada petugas khusus yang siaga memantau serta melakukan pengerjaan memperbaiki titik kritis sungai. “Kita punya bronjong, ada alat berat. Yang sebelumnya semuanya numpuk di BBWS Cimanis. Lalu material banjir itu kita alokasikan ke titik kritis,” jelasnya.

Ismail menjelaskan, penyaluran material pencegah banjir didasarkan pada laporan dan analisis di lapangan. Pasalnya, masing-masing titik kritis membutuhkan penanganan berbeda. Tergantung tingkat kerusakan.

“Bronjong-bronjong itu sudah kami sebarkan ke lokasi-lokasi kritis. Tidak hanya bronjong, ada material lainnya juga. Distribusinya telah kami bentuk korwil-korwil. Tim Sigap membagi korwil masing-masing kabupaten,” pungkas dia. (wan)

0 Komentar