Daging Sapi Naik, Pengusaha Ikut Naikan Harga Empal Gentong

KENA IMBAS. Sikapi kenaikan harga daging dan gas, H Apud memilih menaikan harga per porsi empal gentong miliknya.
KENA IMBAS. Sikapi kenaikan harga daging dan gas, H Apud memilih menaikan harga per porsi empal gentong miliknya.
0 Komentar

RAKYATCIREBON.ID – Kenaikan harga daging sapi berimbas sangat besar bagi pengusaha rumah makan. Salah satunya pedagang empal gentong. Pasalnya, daging sapi merupakan bahan utama untuk kuliner khas Cirebon ini.

Menyiasati kenaikan harga daging sapi tersebut, H Apud memilih menaikan harga jual per porsinya, ketimbang mengurangi isi empal gentong. Pilihan itu, diakuinya menjadi risiko yang harus diambil, untuk bisa menyeimbangkan kelanjutan bisnisnya.

“Kalau pak Haji lebih baik menaikan harga per porsinya, dibandingkan harus mengurangi isi porsinya. Jadi dari harga Rp23 ribu, sekarang jadi Rp25 ribu,” ujar H Apud, saat ditemui di Pasar Pasalaran, Kabupaten Cirebon, Minggu (6/3).

Baca Juga:Jelang Pemilu 2024, Repdem Panaskan MesinPaksa KPM, Sejumlah E-Warong Ditertibkan

Kenaikan ini kata dia, cukup seimbang, pasalnya dibarengi dengan kenaikan gas dan juga minyak goreng. Pasalnya, pasca terjadi kelangkaan minyak goreng, sejumlah komoditas lainnya ikut serta menyusul. Salah satunya daging sapi dan gas. Makanya, kata dia cukup rasional ketika usaha kulinernya juga ikut menaikan.

“Jadi kita sudah tidak kuat kalau harus dengan harga lama,” tambahnya.

Menurutnya kenaikan harga Empal Gentong per porsinya berlaku di semua cabang sejak tanggal 1 Maret 2022. Selain harga empal gentong, harga sate kambing juga ikut naik, karena menurut H Apud, kenaikan juga dialami daging kambing.

Setiap harinya, Empal Gentong H Apud membutuhkan 1 sampai 2 kuintal daging sapi, atau menjadi sebanyak 1.600 mangkuk Empal Gentong. Namun, dengan adanya pembatasan, pihaknya mengalami penurunan omset.

“Sejak diberlakukan PPKM lagi, pengunjung yang datang alami penurunan sampai 20 persen. Sebelum adanya pembatasan omset kita sudah mencapai 85 persen, tapi sekarang turun 20 persen,” katanya.

Saat libur Imlek, kata H. Apud, diprediksi bakal ada peningkatan kunjungan wisata. Namun di luar dugaan, pengunjung yang datang tidak sesuai prediksi.

“Waktu libur Imlek itu kita prediksi bakal ramai, sehingga menyiapkan produksi yang lebih banyak. Ternyata pas hari H nya melempem kunjungannya,” pungkasnya. (zen)

0 Komentar