Harga Beras Premium Naik Lagi, Bandar di Majalengka Cari Gabah Sampai ke Ciamis

harga beras premium
JEMUR. Beberapa penggilingan padi di Kabupaten Majalengka berhenti beroperasi karena kekurangan gabah. Hal itu menyebabkan harga beras premium dan medium naik lagi. rakcer.id/hasanudin
0 Komentar

RAKCER.ID – Harga beras premium di sejumlah kios di Kabupaten Majalengka kembali naik menjadi Rp13.250 hingga Rp13.500 per kilogram.
Kenaikan harga beras premium terjadi seiring naiknya harga gabah yang kini sudah menembus Rp700.000 per kuintal di tingkat penggilingan.
Akhir Januari lalu, harga gabah masih berada di posisi Rp675.000 per kuintal dan harga beras premium Rp13.000 per kilogram.
Sedangkan pada awal Januari, harga gabah di tingkat tengkulak sebesar Rp670.000 per kuintal dan di tingkat petani masih Rp640.000 per kuintal.
Menurut keterangan sejumlah pemilik penggilingan gabah, kenaikan harga diprediksi masih akan terjadi di wilayah Majalengka karena musim panen diperkirakan masih satu bulan karena kondisi padi baru berbunga.
Pemilik penggilingan padi di Kelurahan Tarikolot, Kecamatan Majalengka, Sudirno mengatakan belakangan ini dia mendapatkan gabah dari Kabupaten Ciamis dan Kuningan.
Di wilayahnya sudah tidak ada petani yang memiliki gabah baik gabah hasil panen gadu maupun hasil panen MT II.
“Sudah sebulan lebih gabah diperoleh dari Ciamis dan Kuningan, saya keliling mencari gabah kesana, menemui para petani secara langsung,” ujar Sudirno.
“Di sana petaninya terus menanam karena ketersediaan airnya cukup, beda dengan di Majalengka hanya satu atau dua kali tanam,” ujar Sudirno.
Menurutnya, gabah seharga Rp700.000 per kuintal itu karena langsung dibeli dari petani. Jika pembelian dilakukan dari tengkulak kemungkinan harga akan lebih mahal, dengan begitu penjualan beras ke kios pun akan naik.
“Kualitas gabah dari sana (Kuningan dan Ciamis) lumayan bagus hampir sama dengan Majalengka, dari 1 kuintal gabah bisa diperoleh 60 kg hingga 65 kg beras,” terangnya.
“Dari tempat lain bisa hanya diperoleh 50 kg,” kata Sudirno yang di npabriknya hanya tersisa dua karung beras.
Akibat sulitnya memperoleh gabah, Sudirno mengaku hanya bisa melakukan giling seminggu tiga hingga empat hari dengan kapasitas giling 4 ton per hari.
Hal yang sama dialami pemilik penggilingan lainnya Ian yang juga kesulitan memperoleh gabah, dia juga berupaya mencari gabah ke wilayah Kuningan dan hanya diperoleh dari tengkulak. Tidak heran jika harganya lebih mahal.

0 Komentar